REKONSTRUKSI CERITA RAKYAT DJAKA MRUYUNG DI KABUPATEN BANYUMAS
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Salah satu cerita rakyat yang ada di kabupaten Banyumas yaitu cerita rakyat Djaka Mruyung. Cerita rakyat Djaka Mruyung tepatnya berada di kecamatan Ajibarang. Cerita rakyat Djaka Mruyung diangkat dalam penelitian ini, karena masyarakat Banyumas, khususnya masyarakat Ajibarang banyak yang tidak mengenal dan mengetahui cerita rakyat tersebut. Selain itu juga karena cerita rakyat Djaka Mruyung diduga mempunyai versi cerita lebih dari satu. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah struktur fungsi pelaku cerita rakyat Djaka Mruyung; (2) Bagaimanakah persamaan dan perbedaan fungsi pelaku dari tiap-tiap versi cerita rakyat Djaka Mruyung; (3) Bagaimanakah hasil rekonstruksi cerita rakyat Djaka Mruyung beserta motif pelaku dan motif ceritanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui struktur fungsi cerita rakyat Djaka Mruyung, mendeskripsikan persamaan dan perbedaan fungsi pelaku dari tiap-tiap versi, serta mengungkapkan hasil rekonstruksi cerita rakyat Djaka Mruyung beserta motif pelaku dan motif ceritanya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dengan menggunakan metode analisis struktural. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam cerita rakyat Djaka Mruyung yang mempunyai 3 versi cerita, ditemukan fungsi pelaku yang berbeda setiap versinya. Versi I terdapat 26 fungsi pelaku, versi II ditemukan 22 fungsi pelaku, dan versi III 22 fungsi pelaku. Cerita rakyat Djaka Mruyung mempunyai persamaan dan perbedaan fungsi pelaku pada tiap versi cerita. Persamaan yang terdapat dalam cerita rakyat Djaka Mruyung sangat dominan. Sedangkan perbedaan yang ditemukan hanya lima perbedaan, perbedaan tersebut terjadi pada fungsi pelaku 2 pada versi I dan versi II, fungsi pelaku 3 pada versi I dan versi II, pada fungsi pelaku 11, fungsi pelaku 15, dan fungsi pelaku 16. Selain itu, didalam cerita rakyat Djaka Mruyung juga terdapat fungsi pelaku yang hanya dimiliki oleh satu versi saja, misalnya fungsi pelaku 6, 7, 13 hanya dimiliki oleh versi I dan fungsi pelaku 4 hanya dimiliki oleh versi III. Hasil rekonstruksi cerita rakyat Djaka Mruyung, hendaknya dapat melestarikan karya sastra khususnya cerita rakyat yang berada di daerah Ajibarang, Banyumas agar tidak dilupakan generasi yang akan datang dengan memperkenalkan tokoh Djaka Mruyung kepada masyarakat. Selain itu, hasil rekonstruksi cerita rakyat Djaka Mruyung disarankan dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa di sekolah.
Â
One of the folklore in Banyumas regency is Djaka Mruyung. This Djaka Mruyung folklore is exactly located in Ajibarang subdistrict. Djaka Mruyung folklore was built up in this research because there were many Banyumas people, especially Ajibarang people who were not familiar with this folklore. In addition, the reason why this folklore was built up because there was approximation that this Djaka Mruyung had more than one version of story. The problems of this research were: (1) How was the cast function structure in Djaka Mruyung; (2) How were the similarities and differences of the cast function in each version of Djaka Mruyung; (3) How was the reconstruction of Djaka Mruyung folklore along with the cast motive and the story motive. The purpose of this study were to know the function structure of Djaka Mruyung folklore, to describe the similarities and the differences of the cast function in each version, and to show the result of reconstruction of Djaka Mruyung folklore along with its cast motive and story motive. Objective approach by using structural analytic method was used in this research. The result of this research showed that Djaka Mruyung had three versions of story. It was found that the cast function was different in each version. There were 26 cast functions in the first version, 22 in the second version, and 22 in the third one. Djaka Mruyung folklore had cast function similarity and difference in every version. The similarity was very dominant whereas the difference was not. There were only 5 differences founded in Djaka Mruyung: cast function number 2 in version I and II; cast function number 3 in version I and II; cast function number 11, cast function number 15; and cast function number 16. Besides that, Djaka Mruyung folklore had some cast functions which only being possessed by one version. For example, the cast function number 6, 7, and 13 were only possessed by version I and the cast function number 4 was only possessed by version III. The result of reconstruction of Djaka Mruyung folklore was supposed to conserve the literary works especially the folklores in Ajibarang, Banyumas so that they will not being forgotten by the next generation by introducing the character of Djaka Mruyung to the people. Besides, the result of the reconstruction was suggested to be used as an alternative learning material of Javanese school.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
Untuk dapat diterima dan diterbitkan oleh Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa, penulis yang mengirimkan naskah artikel harus menyelesaikan semua tahapan review. Dengan mengirimkan naskah, penulis menyetujui persyaratan berikut:
- Hak cipta atas artikel yang diterima diserahkan kepada Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa selaku penerbit jurnal. Hak cipta yang dimaksud meliputi hak untuk menerbitkan artikel dalam berbagai bentuk (termasuk cetak ulang). Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa mempertahankan hak publish atas artikel yang diterbitkan.
- Penulis diperbolehkan menyebarluaskan artikel yang telah diterbitkan dengan membagikan link/DOI artikel di Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa]. penulis diperbolehkan untuk menggunakan artikel mereka untuk tujuan hukum yang dianggap perlu tanpa izin tertulis dari Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa dengan pengakuan publikasi awal jurnal ini.
- Pengguna/penggunaan publik dari situs web ini akan dilisensikan ke CC BY-NC-SA (Attribution & Non-Commercial-ShareAlike).
References
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Gottschall, Jonathan. 2003. Patterns Of Characterization In Folktales Across Geographic Regions And Levels Of Cultural Complexity. Jurnal Internasional. New York: St Lawrence University.
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI.
Mujimin. 2011. Telaah Buku Teks. Paparan Perkuliahan: Unnes.
Nurudin. 2010. Dasar – Dasar Penulisan. Malang: UMM Press.
Sukadaryanto. 2010. Sastra Perbandingan: Teori, Metode, dan Implementasi. Semarang: Griya Jawi.
Suryani. 2006. Mitos Jaka Sangkrib di Kabupaten Kebumen. Semarang: Skripsi FBS Universitas Negeri Semarang.