Satuan Lingual pada Tradisi Manten Tebu di Pabrik Gula Pangkah Kabupaten Tegal: Kajian Etnolinguistik

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Rizki Anti Aulia
Hari Bakti Mardikantoro

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan bentuk dan makna kultural satuan lingual pada tradisi Manten Tebu di pabrik gula Pangkah, Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis yang berfokus pada kajian etnolinguistik dan pendekatan metodologis menggunakan deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dan metode cakap. Metode analisis data menggunakan metode agih dan metode padan. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan metode informal. Hasil penelitian menunjukkan adanya 45 data satuan lingual. Data tersebut dikategorikan berdasarkan penamaan dan bentuk formal bahasa. Berdasarkan penamaan data meliputi, peralatan dan perlengkapan, bahan sesajen, bahan makananm, serta tahapan dan rangkaian acara. Berdsarkan bentuk formal bahasa diklasifikasikan menjadi 4 bentuk, yakni kata, frasa, klausa, dan wacana. Satuan lingual yang ditemukan pada bentuk kata berjumlah 25 data yang berketegori monomorfemis dan polimorfemis. Satuan lingual yang ditemukan pada bentuk frasa berjumlah 14 data. Satuan lingual yang ditemukan pada bentuk klausa berjumlah 4 data. Sementara itu, satuan lingual yang ditemukan pada bentuk wacana berjumlah 2 data. Satuan lingual pada tradisi Manten Tebu memiliki makna kultural yang terkandung dan merupakan cerminanan masyarakat setempat yang berupa nilai-nilai dan ajaran baik serta doa dan harapan untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan keberkahan.


This study aims to analyze and explain the form and cultural meaning of the lingual unit in the Manten Tebu tradition at the Pangkah sugar factory, Tegal Regency. This research uses a theoretical approach that focuses on ethnolinguistic studies and methodologically uses descriptive qualitative. The data collection method uses the listening method and proficient method. Methods of data analysis using the split method and the equivalent method. Presentation of the results of data analysis using formal methods and informal methods. The results showed that there were 45 lingual unit data. The data are categorized based on naming and the formal form of the language. Based on the naming of data includes, tools and equipment, offering materials, food ingredients, as well as stages and series of events. Based on the formal form, the language is classified into 4 forms, namely words, phrases, clauses, and discourses. The lingual units found in the word form consist of 25 data which are categorized as monomorphemic and polymorphemic. The lingual units found in the form of the phrase total 14 data. The lingual units found in the clause form are 4 data points. Meanwhile, the lingual units found in the form of discourse amount to 2 data. The lingual unit in the Manten Tebu tradition has a cultural meaning and is a reflection of the local community in the form of good values ​​and teachings as well as prayers and hopes to ask for safety, fluency, and blessings.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

References

Andini, H., Yuniawan, T., & Syaifudin, A. (2017). Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Jurnal Sastra Indonesia, 6(2), 25–29.
Baehaqie, I. (2014). Jenang Mancawarna Sebagai Simbol Multikulturalisme Masyarakat Jawa. Jurnal Komunitas, 6(1), 180–188.
Chaer, A. (2009). Pengantar Semantik. Rineka Cipta.
Chaer, A. (2012). Linguistik Umum. Rineka Cipta.
Fauza, N. (2010). Istilah-istilah Sesaji Upacara Tradisional Jamasan Pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri (Suatu Kajian Etnolinguistik). Universitas Sebelas Maret.
Kamsiadi, K., Frederick, B., Wibisono, B., & Subaharianto, A. (2013). Istilah-istilah yang digunakan pada Acara Ritual Petik Pari oleh Masyaraat Jawa di Desa Sumber Pucung Kabupaten Malag (Kajian Etnolinguistik). Jurnal Universitas Jember, 1(1), 1–5.
Komariyah, S. (2018). Leksikon Peralatan Rumah Tangga Berbahan Bambu di Kabupaten Magetan (Kajian Etnolinguistik). Paramasastra, 5(1), 1–20. https://doi.org/10.26740/parama.v5n1.p%25p
Luqmanawati, S. (2016). Leksikon Tradisi Nglarung Rawa di Rawa Pening Kecamatan Banyu Biru (Kajian Etnolinguistik). Semarang.
Mardikantoro, H. B. (2016). Satuan Lingual Pengungkap Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan. Jurnal Bahasa dan Seni, 41(1), 47–59.
Mulyana, D. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya.
Murti, M. (2015). Prosesi dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Puworejo. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, 6(5), 64–68.
Ninsiana, W. (2018). Looking through the Ethnolinguistic Perspective to Unveil the Social Facts Phenomenon of Pill Pesenggiri. Jurnal Komunitas: International Journal of Indonesia Society and Culture, 10(1), 68–77.
Purwanti, R. H. (2018). Satuan-satuan Lingual dalam Perayaan Imlek Mayarakat Tionghoa Kajian Etnolinguistik di Kecamatan Gombong. Universitas negeri Semarang.
Ristiyanti, R. (2016). Makna Simbolik Trdisi Sedekah Bumi Legenanan pada Masyarakat Desa Kalirejo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan. Universitas Negeri Semarang.
Sari, T. D. A. (2006). Upacara Bersih Desa Tanjung Sari di Dukuh Dlimas Desa Dlimas Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten (Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna Simbolik). Universitas Negeri Semarang.
Suarsini, N. N. (2018). Tradisi Ngelawang pada Hari Raya Kuningan di Desa Pakraman Asak Pagutan Sebuah Kajian Etnolinguistik. Jurnal Mabasindo, 2(2), 18–21.
Sudaryanto, S. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Duta Wacana University Press.
Sudaryanto, S. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Duta Wacana University Press.
Verhaar, J. (2012). Asas-asas Linguistik Umum. Gajah Mada University Press.
Wahyuni, T. (2017). Makna Kultural pada Istilah Bidang Pertanian Padi di Desa Boja Kabupaten Kendal Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Etnolinguistik). Jala Bahasa, 13(1), 20–30.