KONSEP KEBAHAGIAAN PADA REMAJA YANG TINGGAL DI JALANAN, PANTI ASUHAN DAN PESANTREN
(1) Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar
Abstract
Abstrak. penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsep kebahagiaan remaja yang tinggal dijalanan, dipantiasuhan dan dipondok pesantren. Metode yang digunakan adalah kualitatif, sehingga wawancara dan observasi adalah alat utama dalam pengumpulan data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep kebahagiaan pada remaja berpusat pada adanya rasa kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Perbedaan kebahagiaan remaja jalanan, panti asuhan dan pesantren sebagai berikut: pada remaja Jalanan, tidak mendapatkan kebebasan dirumah sehingga melarikan diri untuk mencari kebahagiaan diluar rumah. Pada remaja Panti asuhan: kebebasan yang sangat luas namun tidak terarah sehingga merasa kurang percaya diri dalam menghadapi masa depan dan sosialisasi juga terbatas. Pada remaja pesantren: kebebasan yang diatur secara ketat, namun dapat memenuhi kebutuhannya dalam pengasuhan orangtua dan pesantren. Hal ini menjadikannya lebih mandiri dan bersosialisasi secara luas meski pada komunitas yang terbatas.
Kata kunci: Kebahagiaan, Remaja di panti asuhan, pesantren dan jalanan.
Abstract. This research aimed to describes adolescent’s concept reviewed by the place setting, which is adolescents who live on the street, orphanage, and Islamic boarding school. This research uses qualitative approach, which is interview and observation are the main tools to collect data in this research. The conclusion of this research is about the concept of happiness of adolescent that focus on the existence of sense of freedom to think and to act.The differences among the street adolescent, orphanage adolescent, and Islamic boarding school adolescent are: street adolescent, their Islamic oppresed freedom make them escape from that situation to find broader freedom. Orphanage adolescent: lots of freedom but undirected, so it makes them less confident to face their future and their social life is also terminated. Islamic boarding school: freedom is controlled strictly, but they still can fulfill their needs under parents and Islamic boarding school nurture. These things make them more independent to socialize even in a bounded community.
Keywords: Happiness, Adolescent at Orphanage, Islamic Boarding School Adolescent and Street.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anantasari, M.L. (2010). Mencari kawruh jiwa: Refleksi diri pada remaja, langkah menuju pribadi sejahtera. (Online) (http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-content/uploads/2010/09/16-refleksi-diri-salah-satu-upaya-mencapai-kesejahteraan-psikologis-pada-kaum-muda-maria-laksmi-anantasari.pdf, diakses tanggal 31 Januari 2012).
Argyle, M. (2001). The psychology of happiness (2nd ed.). New York: Routledge.
Carr, A. (2004). Positivepsychology: The science of happiness and human strengths. New York: Brunner-Routledge.
Dewi, EMP. (1999) Dinamika Motivasional dalam Belajar pada Anak Panti Asuhan.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Malang.Tidak diterbitkan.
Hasanat, N.UI. (2009). Apakah kebahagiaan itu? Studi eksplorasi emosi bahagia. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Erlangga
Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi revisi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Putri, A.M. (2009). Kebahagiaan dan kualitas hidup (studi pada dewasa muda yang bekerja dan tidak bekerja di Jabodetabek). Skripsi. (Online) (http://xa.yimg.com/kq/groups/23120777/169909650/name/skripsi+jadi+satu+semua.pdf, diakses tanggal 31 Januari 2012).
Rostiana dan Koesma, R.E. (2009). Kajian awal tentang makna kebahagiaan: Arti, ciri, dan cara pencapaian kebahagiaan dalam konteks budaya Islam dan Kristen di Jakarta. Jurnal Psikologi. Vol. 24 (2): 24-38. ISSN No: 0853-3598.
Sheldon, K.M. dan Lyubomirsky, S. (2004). Achieving sustainable new happiness: Prospects, practices, and prescriptions. New Jersey: John Willey & Sons, Inc.
Santrock, John w. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga
Sukidi. (2004). Rahasia sukses hidup bahagia, kecerdasan spiritual: Mengapa SQ lebih penting daripada IQ dan EQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Veenhoven, R. (2006). How do we assess how happy we are: tenets, implications, and tenability of three theories (Online) (http://www.nd.edu/~adutt/activities/documents/Veenhoven_paper.pdf, diakses tanggal 26 Juni 2011).
Veenhoven, R. (2008). How universal is happiness? (Online) (http://mpra.ub.uni-muenchen.de/16853/1/MPRA_paper_16853.pdf, diakses tanggal 26 Juni 2011).
Veenhoven, R. (2009). Greater happiness for a greater number: is that possible and desirable? (Online) (http://www2.eur.nl/fsw/research/veenhoven/Pub2010s/GreaterHappiness-JOHS-2.pdf, diakses tanggal 26 Juni 2011).
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.