CAMPURSARI MANTHOUS : ANTARA MUSIK JENIS BARU DAN FENOMENA SOSIAL MASYARAKAT PENDUKUNG
(1) Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang
(2) Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 5528
(3) Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 5528
(4) ISI Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km. 6,5 Bantul 1210
Abstract
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah hubungan fenomena Campursari Manthous sebagai ‘jenis musik Jawa baru/kreasi’ dengan fenomena kondisi sosial budaya masyarakat pendukung. Pendekatan penelitian ini adalah sosiologis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian, Gunung Kidul, Klaten, Boyolali, dan Semarang. Hasil penelitian menunjukkan, Campursari Manthous merupakan paduan antara musik diatonik gamelan dengan musik non diatonik utamanya langgam dan pop. Basik  garapan Campursari Manthous ada tiga, yakni berbasis gending,  langgam, dan  pop. Melalui fenomena Campursari Manthous yang dijadikan sebagai sarana berkesenian sehari-hari oleh masyarakat pendukung dapat diketahui aspek kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya. Aspek kondisi sosial budaya masyarakat tersebut dikaitkan dengan aspek mentalitas. Dalam konteks ini masyarakat pendukung Campursari Manthous adalah masyarakat yang bukan kategori masyarakat  tradisional murni tetapi juga bukan masyarakat yang murni modern.
Â
The problem in this research is focused on the relationship between Campursari Manthous as a new Javanese music and social phenomena of its supporting community. This research uses sociological approach by means of descriptive-qualitative method. It was located in Gunung Kidul, Klaten, Boyolali and Semarang. The result shows that Campursari Manthous harmonizes the diatonic traditional Javanese musical instrument and non-diatonic music such as langgam and pop. The basic instruments of Campursari Manthous are three, namely gending, langgam, and pop. The phenomena of Campursari Manthous used as daily musical media by its supporting community could reveal the socio-cultural aspects of its community. These are related to mentality aspect. In consideration of this latter aspect, the community does not either characterize a purely traditional community or a purely modern one.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Brindle, R.S. 1986. Musical Composition. New York: oxford University Press.
Dasilva, Fabio. 1984. The Sociology of Music. Indiana: University of Notre Dame Press.
Geertz, C. 1983. Local Knowledge Further Essays in Interpretive Antropology. New York: Basic Books, Inc. Publishers.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Dalam Lawang, Robert MZ (terj.). Jakarta: Gramedia.
Moleong, Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rusdakarya.
Manthous. 1999. “Managemen Tradisi dalam Seni Tradisionalâ€. Makalah disajikan pada Serial Seminar Seri 4 Seni Pertunjukan Indonesia 1998-2000. Surakarta: STSI.
Simmel, Georg. 1971. Georg Simmel on Individuality and Social Forms, edited by Donald N. Levine, Chicago: University of Chicago Press.
Supanggah, Rahayu. 2003. Campursari: A Reflection dalam Asian Music. Texas: University of Texas Press.
Turner, Stephen P. (ed). 2000. The Cambridge Companion to Weber. New York: Cambridge University Press.
Wadiyo. 2002. “Musik Jawa Campursari: Kajian tentang Komposisi dan Pembawaannya†dalam Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni Harmonia, Vol. III No. 1.
Wadiyo. 2004. “Garapan Campursari Karya Manthous†dalam Jurnal Pe-ngetahuan dan Pemikiran Seni Harmonia, Vol. VI No.1.
Weber, Max. 1961. Social Action and Its Types. Dalam Talcott Parson (ed). NewYork: The Free Press
Wiyoso, Joko. 2007. “Campursari Suatu Bentuk Akulturasi Budaya dalam Musik Indonesia†dalam Jurnal Pe-ngetahuan dan Pemikiran Seni Harmonia, edisi Khusus.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.