KIDUNG SEKATEN ANTARA RELIGI DAN RITUS SOSIAL BUDAYA

Hadawiyah Endah Utami(1),


(1) Jl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Surakarta (Solo)

Abstract

Kidung Sekaten merupakan karya tari yang dipentaskan pada upacara gerebeg Sekaten di depan Masjid Agung Surakarta.  Perkembangan pengaruh Islam di pusat kerajaan relatif menggunakan sarana adat yang telah dipelihara masyarakat secara turun-temurun. Masyarakat setempat menerima kehadiran Islam sebagai suatu pelengkap kebutuhan rohaniah sehingga tercapai keseimbangn hidup.  Perayaan Sekaten sebagai salah satu wujud percampuran budaya  menyangkut  berbagai aspek multidimensi.  Islam  menyatu dengan kebudayaan setempat dengan cara  elastis, baik yang berhubungan dengan pengenalan simbol-simbol Islami  maupun  ritus-ritus keagamaan.  Kidung  Sekaten merupakan salah satu garapan  tari untuk mendukung upacara ritual pengucapan shahadatain di depan Masjid Agung Surakarta dengan memanfaatkan bunyi gamelan sekaten,  keramaian bunyi rebana, orang mengaji, santiswaran, Kidungan, mainan gasingan, sebagai iringan tari  yang diselenggarakan bersamaan dengan gerebeg Maulud.

 

Sekaten chants constitute a dance performed during Gerebeg Sekaten ceremony in front of Grand Mosque of Surakarta. The development of Islamic influence in Surakarta royal palace relatively used custom rites that have socially been maintained throughout the generations. Local people accepted Islamic religion as their spiritual need for achieving life balance. Sekaten celebration as one of acculturation forms encompasses many kinds of multidimensional aspects. Islam elastically blends into local cultures, either in Islamic symbols or religious rites. Sekaten chants is one of dancing performances to endorse the ritual ceremony of Shahadatain articulation in front of the Grand Mosque by making use of Sekaten traditional musical orchestra, the jingling of tambourine, man’s praying voice, santiswaran, chants, spinning a top, as the dance accompaniment along with Gerebeg Maulud.

Keywords

kidung sekaten; ritus sosial budaya; akulturasi; Islam

Full Text:

PDF

References

AB. Sinaga. 2001. “Upaya Menghargai Budaya Setempat melalui Inkulturasi†dalam Jurnal Budaya Ekspresi vol. III thn. I. Yogyakarta: Lembaga Penelitian ISI

Chojim, Achmad. 2004. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Jakarta: Serambi

Darori, Amin. 2002. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media.

Djoko Suryo. 1996. Ruh Islam dalam Budaya Bangsa (Aneka Budaya di Jawa), Yayasan Festival Istiqlah, dalam Beberapa Segi Warisan Moralitas Islam; Perpektif Budaya Jawa

Edi Sedyawati. 1981. Petumbuhan Seni Petunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Endraswara, Suwardi. 2003. Mistik Kejawen. Yogyakarta: Narasi.

Gazalba, Siti. 1969. Ilmu dan Islam. Jakarta: Mulya.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York: Basic Books

____________ . 1990. Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius

GBPH H. Djojokusumo. 1996. “Spiritual Islam dan Perpektif Budaya Jawa†dalam Ruh Islam dalam Budaya Bangsa (Aneka Budaya di Jawa), Yayasan Festival Istiqlah

Hakim, Arif Lukmanul. “Sekaten, Sebuah Proses Akulturasi Budaya dan Pribumisasi Islam†dalam Harian Solopos 17 Maret 2004

Hamzah, Hardi. “Agama, Variabel Kontrol atau Perilaku†dalam Suara Merdeka edisi 4 Juni 2001.

Hariwijaya, M. 2004. Islam Kejawen. Yogyakarta: Gelombang Pasang.

L.A. White. 1990. Science of Culture. New York: Farrar Straus

Magnis-Suseno, Franz. 1985. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia

Peursen, C.A. Van., 1976. Strategi kebudayaan. Terj Dick Hartoko. Yogyakarta: Kanisius.

Purwadi. 2003. Sejarah Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Persada.

Royce, Anya Peterson. 2001. Anthropology of Dance. London: Routledge

Simuh. 2002. Sufisme Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya

Sobary, Mohammad. 1994. Islam Jawa. Yogyakarta: Bentang

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.