LAKON PARTA KRAMA: MENYONGSONG KEHADIRAN SANS WIJI RATU TANAH JAWA (The Parta Wedding: to Welcome The Seed of Javanese Kings)
(1) Staf Pengajar Jurusan Seni Pedalangan ISI Yogyakarta
Abstract
Keberadaan wayang dianggap sebagai mitologi keagamaan yang bersifat universal bagi orang Jawa (Laksono 1985: 22). Setiap lakon wayang selalu mengandung sekumpulan simbol untuk membentuk sebuah kesatuan makna. Demikian halnya dengan Lakon Parta Krama. Menurut pandangan Levi-Straus tentang mitos, lakon wayang dapat dianggap sebagai sebuah teks yang terdiri dari kesatuan simbol yang menampilkan (mengartikulasikan) berbagai tokoh dan gerak untuk mengekspresikan, mengejawantahkan pemikiran masyarakat Jawa (Bandingkan dengan Ahimsa 2001: 31-32). Makna masing-masing simbol dalam lakon wayang dapat dilacak melalui sudut pandang mitologi ritual (Hiltebeitel 1990:360) dengan menggunakan konsep asma kinaryajapa (Aris Wahyudi 2001: 205). Simbol-simbol pembentuk kesatuan makna Lakon Parta Krama merupakan transformasi aspek-aspek rajawi dari tataran mitologi dalam pandangan tradisi Mah Sbh Srata dan Hindu. Penyatuan aspek rajawi merupakan usaha masyarakat Jawa untuk mengukuhkan kedudukan Abimanyu (anak yang lahir dari perkawinan Arjuna dan Dewi Wara Sembadra dalam Lakon Parta Krama) sebagai wiji ratu tanah Jawa.
Kata Kunci: Perkawinan partai, penyatuan aspek rajawi, menyongsong wiji ratu
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.