MITOS DAN POSISI SENIMAN DALAM ERA GLOBALISASI
(1) 
Abstract
Globalisasi yang tengah merambah pada masyarakat dunia dewasa ini nampaknya lebih dipahami sebagai peristiwa dan proses kebudayaan. Hal ini berarti pula berhubungan dengan lembaga, sistem, dan strategi global  dari pelakunya. Dalam globalisasi bukan hanya merupakan fenomena  budaya melainkan juga fenomena komersial yang membentuk keseragaman tertentu sekaligus membutuhkan perbedaan tertentu sebagai identitas dalam permainan suatu sistem dunia. Dalam konteks ini bukan saja tenaga dan pemikiran yang dijual tetapi komitmen dan loyalitas dari peran aktor. Implikasi fenomena global tersebut dalam jagad seni pertunjukan agaknya sering menimbulkan mitos, yang kemudian melahirkan suatu posisi-posisi tertentu pada diri sang seniman. Mitos tersebut terlihat dari tiga sikap pada sebagian seniman, yaitu: 1) sikap yang mengarah pada kegairahan estetika yang berlebihan sehingga sering mengabaikan nilai dari seni yang memberikan pencerahan bagi kehidupan manusia; 2) sikap yang mengarah pada semangat yang meluap-luap untuk menjadi diri pribadi tanpa disertai semangat mencari nilai yang lebih bermakna; 3) sikap yang mengarah pada pengkultusan terhadap diri seorang tokoh tertentu yang telah menduduki posisi elite. Dengan mitos semacam itu tak pelak kemudian muncul tiga posisi seniman, yaitu: sebagai reproduktor, akomodator, dan emansipator. Masing-masing posisi mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi sendiri.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.