PENGEMBANGAN MODEL PEMANFAATAN LAHAN DI BAWAH TEGAKAN (PLDT) UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN DAN REALISASI KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN PATI

Eva Banowati(1), Dyah Rini Indriyanti(2), Juhadi Juhadi(3),


(1) Jurusan Geografi FIS UNNES
(2) Jurusan Geografi, FIS, UNNES
(3) Jurusan Geografi, FIS, UNNES

Abstract

Penggunaan lahan di pedesaan sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal untuk aktivitas bertani/ pertanian dalam arti sempit maupun dalam arti luas yang meliputi pertanian, perhutanan, peternakan dan perikanan sebagai mata pencaharian mayoritas penduduk. Eksisting lahan sebagai sumber daya merupakan ruang kehidupan berkait erat dengan situasi lingkungan alam di sekitarnya yang harus ditinjau aksesnya terhadap pengaruh cuaca dan iklim (cahaya matahari, curah hujan, angin, erosi, perubahan kondisi iklim, dll.) serta faktor pembentuknya (sebagai akibat kegiatan alam: letusan gugung berapi).

Lokasi pada lahan hutan muria. Pemilihan lokasi lapangan (field sites) didasarkan pada beberapa faktor antara lain: a) telah ditetapkan sebagai desa model PHBM, b) mempunyai jumlah petak terbanyak dengan pangkuan luas, c) umur tegakan hutan bervariasi, d) jumlah pesanggem banyak, e) sebagai lokasi Integrated Farming. Pada kedua lokasi dilakukan pembuatan demplot pemodelan sebagai media edukasi dan pendampingan.

Pada demplot yaitu monokultur dan polikultur yang merupakan hasil pengkajian kondisi biofisik. Komoditas tanaman pangan di Indonesia ada 7 jenis yakni padi, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi jalar dan ubikayu/ singkong. Hasil analisis data sekunder menunjukkan bahwa kacang hijau dan ubi jalar di Kabupaten Pati merupakan prioritas ke 6 dan ke tujuh (BPS, 2014; 2015; 2015). Tanaman pangan unggulan: kacang tanah, singkong, padi, kedelai, dan jagung. Indikasi keberhasilan pengembangan model PLDT dalam pengentasan kemiskinan dan realisasi ketersediaan pangan dilihat dari aspek sosial, ekonomi, dan keputusan stakesholder. Indikator keberhasilan merupakan sub bagian keberhasilan pembangunan ekonomi non moneter, yakni: pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sukap), standar hidup layak, angkatan kerja, tingkat konsumsi per kapita, serta akses media massa. 

Keywords

demplot, komoditas, monokultur, polikultur

References

Agrofarm, 2016. Luas Kepemilikan Lahan Petani Indonesia Kalah Dengan Thailand. Artikel online. Diunggah Selasa, 19 Agustus 2014, diunduh 15 November 2016.

Agrofarm, 2016. Luas Kepemilikan Lahan Petani Indonesia Kalah Dengan Thailand. Artikel online. Diunggah Selasa, 19 Agustus 2014, diunduh 15 November 2016.

Agroteknologibisa. 2013. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis. Artikel on line. Diunggah 22 Agustus 2013, diunduh 16 Agustus 2016.

Banowati, Eva. 2011. Pembangunan Sumberdaya Hutan Berbasis Masyarakat Di Kawasan Hutan Muria Kabupaten Pati. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Banowati, Eva, dkk. 2015. Pengembangan Model PLDT Untuk Pengentasan kemiskinan dan Realisasi Pangan di Kabupaten Pati. Laporan Penelitian Stragnas (tahun pertama). Semarang: LP2M Unnes.

BPS, ST. 2013. Sensus Pertanian Tahun 2013.

Harian Kompas, 2014. Opini Kompas: Kelembagaan Baru Reforma Agraria. Artikel online. Diunggah Selasa, 16 Oktober 2014, diunduh 15 November 2016.

Hidayat, Atif. 2009. Konsep ekonomi atas sumber daya tanah. http://Konsepekonomiatassumberdayatanah. Diaksestanggal 31 Juli 2016.

Kabupaten Pati, BPS. 2015. Sensus Pertanian Kabupaten Pati Tahun 2015.

Whynne, C., and Hammond, 1979. Elements of Human Geography. London: George Allen & Unwin.

Sumber dari internet

Pemerintah Kabupaten Pati. Bupati Pati Beri 2 Syarat untuk Investor Pabrik Jagung di Sukolilo Pati. Artikel online, diunggah 2 April 2016. Diunduh 20 September 2016.

Wahyudi, Roni. 2013. Pengertian Pola Tanam Dan Macam Macam Jenis Pola Tanam. Diunggah 19 januari 2013, diunduh 1 Agustus 2016.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.