KONSEP KEPESINDENAN DAN ELEMEN-ELEMEN DASARNYA

Muriah Budiarti(1),


(1) Jurusan Karawitan ISI Surakarta, Jalan Ki Hajar Dewantara Surakarta

Abstract

Sindhenan merupakan bagian kesatuan dengan karawitan dalam rangka meningkatkan rasa estetik. Sindhenan adalah olah vokal mengikuti  irama musik gamelan dengan teknik penyuaraan yang khas  yang didasarkan konsep  estetika  Jawa. Teknik penyuaraan meliputi,  teknik luk, wiled, gregel, angkatan, seleh dan teknik pernafasan. Konsep sindhenan  yang berkualitas dikenal dengan sebutan nggendingi, mencakup mungguh, ngledheki, lelewa, pas, ngenongi, nggandhul, selingan, dan andhegan. Olah vokal yang dilakukan pesinden melalui pelatihan yang lama berulang-ulang menyesuaikan dengan laras gamelan yang dibunyikan. Beberapa pesinden adakalanya melakukan gerak serta sikap yang menarik. Pesinden untuk asambel dan  iringan pakeliran lazimnya mengutamakan warna suara, teknik penyuaraan dan vokabuler penguasaan kalimat lagu. Pesinden dituntut selalu dalam kondisi prima dalam penampilan oleh karena  menjadi perhatian penikmat. Fungsi utama sindhenan  adalah memperkaya nilai estetik dalam pertunjukan.

 


Sindhenan is a part of karawitan in order to enhance the sense of aesthetics. It is a voice of pesinden following the rhythm of gamelan music with a distinctive voicing technique according to aesthetic concepts of Java. The voicing technique includes luk technique, wiled, gregel, angkatan, seleh, and respiratory techniques. The concept of qualified sindhenan is known as nggendingi, including mungguh, ngledheki, lelewa, pas, ngenongi, nggandhul, andhegan, and selingan. The vocal training has been through a long process of training adjust with the rhythm of gamelan music. Some of the pesindens sometimes do some interesting motions. Pesinden for ansambel and pakeliran performances often give priority to the accompaniment of voice colors, voicing techniques, pronuncing technique of song lyrics. Pesinden is demanded in good condition in their performances as they are the main attention of the audience. The main function of sindhenan is to enrich the value of aesthetics in the show.

Keywords

konsep sindhenan; karawitan; teknik; sindhen; gendhing; senggakan; cengkok; tembang

Full Text:

PDF

References

Budiarti, M. 2006. Kehadiran Suryati dalam Dunia Kepesindhenan Gaya Banyumas. Tesis tidak dipublikasikan: Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta.

Jazuli, M. 2009. Popularitas Sinden. Harmonia : Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Vol. 9 No. 2 Hal. 85-94

Purbatjaraka. 1954. Kapustakan Jawi. Jakarta: Jambatan.

Padmosoekotjo. 1960. Ngèngrèngan Kasusastran Djawa II, Yogyakarta: Hien Hoo Sing.

Saputra. 2001. Sekar Macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Sudarsono, dkk. 1978. Kamus Istilah Tari dan Karawitan Jawa. Jakarta: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

Supanggah. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta : MSPI.

Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta, 2000. Kamus Basa Jawa, (Bau Sastra Jawa), Yogyakarta: Kanisius.

Waluyo. 1991. Dokumentasi Bawa Gawan Gendhing Bapak Sastro Tugiyo. Laporan: Penelitian STSI Surakarta.

Waridi. 2002. Jineman Uler Kambang: Tinjauan Dari Beberapa Segi. Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, Vol. 1 No. 1.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.