MAKNA SIMBOLIK SENI BEGALAN BAGI PENDIDIKAN ETIKA MASYARAKAT

Peni Lestari(1),


(1) SMP Wiradesa Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia

Abstract

Kesenian Begalan merupakan seni pertunjukan yang memberi keuntungan pada masyarakat karena di dalam acara inti seni hiburan tersebut mengandung nasehat perkawinan dengan mengungkapkan arti simbolik tersirat yang ditunjukkan dalam bentuk properti, seperti ian, ilir, kukusan, pedaringan, layah, muthu, irus, siwur, beras, wangkring, sapu sada, suket, cething, daun salam, dan tampah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan: (1) bentuk seni pertunjukan Begalan, (2) arti simbol-simbol yang terkandung dalam brenong kepang (properti pertunjukan), (3) nilai etika masyarakat Begalan yang terkandung dalam seni pertunjukan. Digunakannya metode kualitatif dalam penelitian adalah agar terdapat diskusi dengan mengekspos subyek dan obyek penelitian sesuai dengan fakta-fakta yang ditemui di lapangan. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Sarannya adalah agar pemerintah Banyumas perlu membuat kebijakan untuk mengembangkan seni Begalan, nilai-nilai pendidikan etika dapat diterapkan dalam kehidupan. Seni Begalan dapat dimasukkan sebagai materi subjek seni dan budaya di sekolah, khususnya di Banyumas.

 


Begalan is an art performance that gives benefits to the community because the essence of the show contains the advice of marriage by breaking the symbolic meanings implied in the form of show properties, such as ian, ilir, kukusan, pedaringan, layah, muthu, irus, siwur, rice, wangkring, sada broom, suket, cething, laurellike leaves, and tampah. The study aims to determine: (1) the forms of Begalan performance, (2) the meaning of the symbols contained in brenong kepang (the properties of the performance), (3) the value of ethics for Begalan people reflected in the performing arts. The use of qualitative method in research intend to get the discussion of the issue conducted by exposing a state subject and object of research in accordance with the facts encountered in the field. The collection of data uses observation techniques, interviews, and documentation. The suggestion is that Banyumas government should create policies to preserve and develop Begalan performing arts in which ethical values can be applied in life. Begalan performing arts can be included as a subject of art and culture in schools, especially in Banyumas.

Keywords

makna simbolis; seni Begalan; pendidikan etika

Full Text:

PDF

References

Endraswara, S. 2003. Budi Pekerti dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Hanindita.

Geertz, C. 2003. Kebudayaan dan Agama. Terjemahan The Intepretation of Culture. Yogyakarta: Kanisius

Herusatoto, B. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hadinata Graha Widia.

Mathew, B. M dan Huberman, M. A. 2000. Analisis Data Kualitatif . Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sedyawati, E. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Rohidi, T. R. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Press.

Soedarsono. 1972. Djawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Suseno, F. M. 1985. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______. 2001. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.