PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP KEAKTIFAN KADER DALAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

I Made Kusuma Wijaya(1),


(1) Jalan Udayana No. 11 Singaraja 81151, Bali, Singaraja 81151

Abstract

Masalah penelitian adalah bagaimana hubungan antara pengetahuan, sikap, dan motivasi kader kesehatan dalam pengendalian kasus tuberkulosis. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan motivasi kader kesehatan dalam pengendalian kasus tuberkulosis di Kabupaten Buleleng. Metode penelitian menggunakan desain studi analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Randomisasi dilakukan untuk mendapatkan sampel penelitian. Instrumen menggunakan kuesioner dan analisis menggunakan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara variabel pengetahuan dengan keaktifan kader (p=0,012; OR=18.44), antara sikap dengan keaktifan kader (p=0,011; OR=8.08), dan antara motivasi dengan keaktifan kader (p=0,018; OR=15.01). Kader kesehatan dengan pengetahuan tinggi memiliki kemungkinan untuk aktif 18 kali lebih besar daripada pengetahuan rendah. Kader kesehatan dengan sikap baik memiliki kemungkinan untuk aktif 8 kali lebih besar daripada sikap kurang. Kader kesehatan dengan motivasi tinggi memiliki kemungkinan untuk aktif 15 kali lebih besar daripada motivasi rendah. Simpulan penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan keaktifan kader kesehatan dalam pengendalian kasus tuberkulosis.

 

Research problem was how the relationship between knowledge, attitudes, and motivation of health cadres in tuberculosis control. Research purpose was to analyze the relationship between knowledge, attitudes, and motivation of health cadres in tuberculosis control in Buleleng regency. The research method used analytic observational study by cross - sectional approach. Samples obtained by randomization. Instruments used questionnaires and multivariate analyzes used multiple logistic regression. The results showed there were association between knowledge and cadre activity (p=0.012 ; OR =18.44), between the attitude and cadres activity (p=0.011; OR=8.08), between motivation and cadre activity (p=0.018; OR=15.01) . Health cadres with high knowledge tended to be 18 times more active than the low knowledge. Health cadres with a good attitude tended to be 8 times more active than the fewer attitudes. Likewise, health cadres with high motivation were 15 times more active than the low motivation. Conclusion, knowledge, attitudes, and motivations related with activeness of health cadres in tuberculosis control.

Keywords

Knowledge; Attitude; Motivation; Health Cadre.

Full Text:

PDF

References

Awusi RYE, Saleh YD & Hadiwijoyo D. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi penemuan penderita TB paru di kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat. 25 (2): 59-68

Basri C, Bergström K, Walton W, SuryaA, Voskens J and Metha F. 2009. Sustainable scaling up of good quality health worker education for tuberculosis control in Indonesia: a case study. Human Resources for Health, 7(85)

Batht, CP. 2010. Knowledge of Tuberculosis Treatment- A Suervey among Tuberculosis Patiens in (DOTS) Program in Nepal. SAARC Journal of Tuberculosis. Lung Desease and HIV/AIDS, 7(2)

Chatarina UW. 2007. Upaya pencapaian target BTA positif pada suspek TBC di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi NTT. Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan. 5(1): 57-60.

Depkes RI. 2008. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Subdit TB Depkes RI

Elizabeth, L. 2010 Tuberculosis Knowledge, Attitude and Beliefs among Caronilians at Increased Risk of Infection. NC Medical Journal, 69(1)

Gopalan SS, Mohanty S, Das A. 2012. Assessing community health workers’ performance motivation: a mixed-methods approach on India’s Accredited Social Health Activists (ASHA) programme. BMJ Open, 2(1557)

Kemenkes RI. 2011. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Muchtar A. 2006. Farmakologi obat antituberkulosis (OAT) sekunder. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. 3(2): 23-29.

Nepal AK, Shiyalap K,Sermsri S,Keiwkarnka B. 2012. Compliance with DOTS among tuberculosis patients under community based DOTS strategy in Palpa District, Nepal. Int J Infect Microbiol. 1(1):14-19.

Niyi, Awofeso, Schelokova I and Dalhatu A. 2008. Training of front-line health workers for tuberculosis control: Lessons from Nigeria and Kyrgyzstan. Human Resources for Health, 6(20)

Nugroho HA, Nurdiana D. 2008. Hubungan antara pengetahuan dan motivasi kader posyandu dengan keaktifan kader posyandu di desa dukuh tengah kecamatan ketanggungan kabupaten brebes. Jurnal Keperawatan. 2(1): 1-8

Rahman SM, Ali NA, Jennings L, Habibur M, Seraji R, Mannan I, Mahmud AB, Bari S, Hossain D, Das K, Abdullah, Baqui H, Arifeen SE and Winch PJ. 2010. Factors affecting recruitment and retention of community health workers in a newborn care intervention in Bangladesh. Human Resources for Health, 8(12)

Sudaryanto A. Pratiwi A. 2005. Studi fenomenologic pengetahuan dan sikap penderita TBC dan keluarganya di wilayah Kecamatan Kartasura. Jurnal Kemas. 1(1): 14-21.

Trisnawati G. 2008. Pelatihan peningkatan kemampuan kader dalam penanganan tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja Puskesmas Gemolong II Sragen. Jurnal Warta. 11(2): 150-158.

Thu A, Ohnmar, Win H, Nyunt MT, Lwin T. 2012. Knowledge, attitudes and practice concerning tuberculosis in a growing industrialised area in Myanmar. INT J TUBERC LUNG DIS, 16(3): 330–335.

WHO. 2009. Global tuberculosis control epidemiology, strategy, financing. World Health Organization

Refbacks

  • There are currently no refbacks.