PERBEDAAN STATUS KERENTANAN NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP MALATHION DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

Liena Sofiana(1), Muhammad Surya Rahman(2),


(1) Universitas Ahmad Dahlan
(2) Universitas Ahmad Dahlan

Abstract

Abstrak

Demam berdarah dengue di Kabupaten Bantul selama 5 tahun terakhir menunjukkan wilayah Kecamatan Sewon termasuk dalam wilayah endemis dan Kecamatan Dlingo merupakan Kecamatan dan desa yang memiliki angka kejadian yang paling rendah, bahkan di Desa Dlingo pernah tidak mengalami kejadian Demam berdarah dengue. Penggunaan malathion sebagai salah satu upaya pencegahan yang berlangsung lama di Desa Panggungharjo dimungkinkan dapat terjadi resistensi, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status resistensi malathion di Desa Panggungharjo dan Dlingo. Penelitian pada tahun 2014 merupakan penelitian deskriptif dengan uji laboratorium. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti hasil rearing yang diperoleh di Desa Panggungharjo dan Dlingo Bantul yang kemudian diuji secara suseptibiltas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari Desa Panggungharjo telah resistan dan nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari Desa Dlingo tidak resisten melainkan masih dalam kategori sedang. Ada perbedaan tingkat resistensi malathion antara Desa Panggungharjo dan Dlingo Bantul Yogyakarta.

Kata Kunci : Aedes aegypti; Malation; Kerentanan; Resistensi.

 

Abstract

Dengue hemorrhagic fever in the district Bantul during the last 5 years shows Sewon district area is also included in the endemic areas and Dlingo is a village that has the lowest incidence. Even at some time in Dlingo there was an  occurrence of dengue hemorrhagic fever. Prolonged use of malathion as one prevention in the Panggungharjo district  may can occur in resistance with this dengue. Purpose of this study was to determine the status of malathion resistance in the Panggungharjo and Dlingo. The research in 2014  was descriptive with laboratory test.  Research object is the Aedes aegypti rearing results obtained from the Panggungharjo and Dlingo Bantul and then tested in susceptibility. The results of this study are Aedes aegypti from the Panggungharjo was resistant with and Aedes aegypti from Dlingo is not resistant but still in the tolerant category. There have different levels of resistance between Panggungharjo and Dlingo Bantul Yogyakarta.

Keywords : Aedes aegypti; Malathion; Susceptibility; Resistance.

Keywords

Aedes aegypti, Malathion, Susceptibility, Resistance

Full Text:

Fulltext PDF

References

Ahmad, I., dkk, 2009, Status Kerentanan Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) pada Tahun 2006-2007 terhadap Malation di Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang dan Palu, Biosfera 26 (2): 85-89.

Dwi, K.M., Rusmartini, T., Purbaningsih, W., 2015, Resistensi Malathion 0,8% dan Temephos 1% pada Nyamuk Aedes aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung, Prosiding Pendidikan Dokter Sivitas Akademika Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2014-2015.

Fuadzy, H., dkk, 2015, Kerentanan Larva Aedes Aegypti Terhadap Temefos Di Tiga Kelurahan Endemis Demam Berdarah Dengue Kota Sukabumi, Jurnal Penelitian Kesehatan, 43 (1): 41-46.

Istiana., Heriyanti, F., Isnaini, 2012, Status Kerentanan Larva Aedes Aegypti Terhadap Temefos di Kota Banjar Barat. Jurnal Buski. 4 (2): 18-20.

Kristinawati, E., 2013, Uji Resistensi Sipermetrin dan Malathion pada Aedes aegypti di Daerah Endemis Demem Berdarah Dengue Kabupaten Lombok Barat, Media Bina Ilmiah, 7 (2): 1-4.

Kusumastuti, N.H, 2014, Penggunaan Insektisida Rumah Tangga Anti Nyamuk Di Desa Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Widyariset, (3): 417–424.

Nuryanti, E., 2013, Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di Masyarakat, Jurnal KEMAS (1): 15-23.

Nusa, R., Ipa, M., Delia, T., Santi, M. 2008, Penentuan Status Resistensi Aedes Aegypti dari Daerah Endemis DBD di Kota Depok Terhadap Malathion. Buletin Penelitian Kesehatan, (1), 2008: Hal. 20-25.

Pradani, F.Y., Ipa, M., Marina, R., Yuliasih, Y., 2011, Status Resistensi Aedes aegypti dengan Metode Susceptibility di Kota Cimahi terhadap Cypermethrin. Jurnal Vektora, (1): 18-24.

Soenjono, S.T., 2011, Status Kerentanan Nyamuk Aedes sp. (Diptera:Culicidae) Terhadap Malation Dan Aktivitas Enzim Esterase Non Spesifik Di Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandar Udara Sam Ratulangi Manado, Jurnal Kesehatan Lingkungan, (1): 1-6

Sucipto, C.D., 2011, Vektor Penyakit Tropis. Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Sukesi, T.W., 2013, Resistance Status Of Aedes aegypti L. Against Organophosphate Larvacide (Temephos), Organophosphate (Malathion) And Pyrethroid (Sipermetrin) Insectiside In The Gedongkiwo Village, Mantrijeron Sub District, Yogyakarta., Proceeding of International Seminar Integrated Vector Management: Health and Environtmental Perspectives, Public Health Faculty Diponegoro University 26th October.

Sukowinarsih, T.E., dan Cahyati, W. H., 2010, Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Angka Bebas Jentik Aedes Aegypti, Jurnal KEMAS Universitas Negeri Semarang 2010, (1) : 30-35.

Sunaryo, dkk., 2014, Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) Terhadap Malathion 0,8% Dan Permethrin 0,25% Di Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Ekologi Kesehatan, (2): 146 – 152.

Suwasono, H dan Soekirno, M., 2004, Uji Coba Beberapa Insektisida Golongan Pyrethroid Sintetik Terhadap Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti Di Wilayah Jakarta Utara. Jurnal Ekologi Kesehatan (1): 43-47.

Zubaidah dan Darmiah, T., 2013, Perbandingan efektofitas model abatisasi di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Poltekes Kemenkes Banjarmasin tahun 2011, Jurnal Buski, (3): 138.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.