Menengok Arsitektur Permukiman Masyarakat Badui : Arsitektur Berkelanjutan dari Halaman Sendiri
(1) Dosen Jurusan Arsitektur Fak. Teknik Universitas Diponegoro Semarang
(2) Dosen Jurusan Arsitektur Fak. Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Abstract
The energy crisis and the damage to the natural environment encouraged public awareness for the preservation of nature in addition to pay more attention to the welfare of mankind. Sustainable development with architecture in it developed into an important issue in recent decades. Wisdom in the culture of the archipelago can be a role model in tackling the crisis. Badui community is a bit of a tribe that still retains its cultural traditions closely until now. The tradition of the Badui community living utmost respect and preservation of nature where they live. Using natural resources in a selective; appropriate technology; restrictions and strict rules generate a culture living in harmony with nature. A science that needs to be studied, imitated and developed to address modern challenges. This paper aims to assess the alignment of the Badui community living tradition with the characteristics of Sustainable Architecture.
Krisis energi dan kerusakan lingkungan alam mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kelestarian alam disamping kesejahteraan umat manusia. Pembangunan berkelanjutan dengan arsitektur di dalamnya berkembang menjadi isu penting dalam beberapa dasawarsa terakhir. Kearifan dalam kebudayaan Nusantara dapat menjadi teladan dalam menanggulangi krisis tersebut. Masyarakat Badui merupakan sedikit dari suku yang masih mempertahankan tradisi kebudayaannya dengan ketat sampai saat ini. Tradisi bermukim masyarakat Badui sangat hormat dan menjaga kelestarian alam tempat mereka tinggal. Pemanfaatan sumber daya alam yang selektif; teknologi tepat guna; larangan dan aturan yang ketat menghasilkan budaya bermukim yang selaras dengan alam. Sebuah ilmu yang perlu dipelajari, diteladani dan dikembangkan untuk menjawab tantangan modern. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji keselarasan tradisi bermukim masyarakat Badui dengan karakteristik Arsitektur Berkelanjutan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Asquith & Felinga. 2006. Vernacular Architecture in The Twentinth Century. Taylor & Francis, London & New York.
GBCI 2011. Greenship Rating Tool untuk Gedung Terbangun versi 10. GBC Indonesia.
Hadi, Sudharto P. 2009. Manusia dan Lingkungan. BP Undip. Semarang.
Oliver, Paul. 2006. Built to Meet Needs, Cultural Issues in Vernacular Architecture. Elsevier, Oxford.
Pangarsa, Galih W. 2007. Merah Putih Arsitektur Nusantara. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Poerwanto, Hari. 1997. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Depdikbud, Jakarta.
Rapoport, Amos. 1969. House Form and Culture. Prentice Hall, London.
Saraswati, T. 2011. Tantangan Menuju Arsitektur yang Lebih Tanggap Kondisi Bumi dan Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 12 Maret.
Wines, J. 2008. Green Architecture. Taschen Gmbh, Koln, Germany.
Refbacks
- There are currently no refbacks.