PENERAPAN ANALISIS WACANA KRITIS DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENGARANG BERBAHASA INGGRIS
(1) 
Abstract
Pada dasarnya, pembelajaran mengarang berpengaruh pada minat siswa terhadap
jenis-jenis atau genre karangan, namun, ternyata tidak terdapat hubungan antara teori
yang diajarkan dan kemampuan siswa dalam menghasilkan karangan yang berkualitas
memadai. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajar tidak atau belum
memiliki pemahaman yang mendalam dan keterampilan yang memadai terhadap
karakteristik berbagai genre karangan sehingga tidak mengherankan bahwa di dalam
proses pembelajaran tidak terjadi penularan keterampilan itu dari pengajar kepada
asuhannya. Sebagai akibatnya, siswa tidak mampu menuangkan gagasan ke dalam
jenis karangan tertentu yang memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Pencapaian
tujuan pembelajaran keterampilan mengarang perlu diupayakan dengan berbagai
alternatif model pembelajaran. Dalam hubungan itu, tulisan ini mencoba
memperkenalkan model Critical Discourse Analysis (CDA) untuk pembelajaran
keterampilan tersebut. Dengan CDA, siswa diharapkan terbiasa bersikap kritis dan
kreatif dalam menanggapi berbagai fenomena dan makna yang terdapat di dalam
karya sastra untuk kemudian mereka tuangkan dalam bentuk karangan yang memiliki
karakteristik tersendiri. Pemahaman siswa atas berbagai makna dan nilai yang
terdapat di dalam berjenis-jenis wacana merupakan prioritas utama model CDA ini.
Dalam implementasi model CDA, pengajar dapat menyiapkan tiga tahap, yakni (1)
tahap penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap perekaciptan. Dalam
mengimplementasikan model CDA, pengajar hendaknya mempertimbangkan bahan
pengajaran berdasarkan penguasaan bahasa, psikologi siswa, dan latar belakang
budaya siswa.
Kata Kunci: Critical Discourse Analysis, model pembelajaran, narrative
jenis-jenis atau genre karangan, namun, ternyata tidak terdapat hubungan antara teori
yang diajarkan dan kemampuan siswa dalam menghasilkan karangan yang berkualitas
memadai. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajar tidak atau belum
memiliki pemahaman yang mendalam dan keterampilan yang memadai terhadap
karakteristik berbagai genre karangan sehingga tidak mengherankan bahwa di dalam
proses pembelajaran tidak terjadi penularan keterampilan itu dari pengajar kepada
asuhannya. Sebagai akibatnya, siswa tidak mampu menuangkan gagasan ke dalam
jenis karangan tertentu yang memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Pencapaian
tujuan pembelajaran keterampilan mengarang perlu diupayakan dengan berbagai
alternatif model pembelajaran. Dalam hubungan itu, tulisan ini mencoba
memperkenalkan model Critical Discourse Analysis (CDA) untuk pembelajaran
keterampilan tersebut. Dengan CDA, siswa diharapkan terbiasa bersikap kritis dan
kreatif dalam menanggapi berbagai fenomena dan makna yang terdapat di dalam
karya sastra untuk kemudian mereka tuangkan dalam bentuk karangan yang memiliki
karakteristik tersendiri. Pemahaman siswa atas berbagai makna dan nilai yang
terdapat di dalam berjenis-jenis wacana merupakan prioritas utama model CDA ini.
Dalam implementasi model CDA, pengajar dapat menyiapkan tiga tahap, yakni (1)
tahap penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap perekaciptan. Dalam
mengimplementasikan model CDA, pengajar hendaknya mempertimbangkan bahan
pengajaran berdasarkan penguasaan bahasa, psikologi siswa, dan latar belakang
budaya siswa.
Kata Kunci: Critical Discourse Analysis, model pembelajaran, narrative
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.