THE HIGHWAY AND ECONOMY DEVELOPMENT A HISTORICAL STUDY OF THE DEVELOPMENT OF ECONOMICAL KNOTS AT THE NORTH COASTAL OF JAVA (PANTURA) IN 1930S - 1980S
(1) History Department, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Diponegoro
Abstract
This article analyze the relationship between Pantura (the north coastal) highway in Central Java and the economy development society in those areas at the Dutch Colonial era. The Dutch Colonial on the land transportation, especially in highway could open an opportunity for the development of industries sector. In the north coastal of Java, some cities emerged, such as Semarang, Pekalongan and Kudus. Those industrial cities became a magnet for urban people to appear. They came to those cities for venturing as industrial laborers, construction workers, blue-collar workers, such as housemaids, porters in terminal, market and harbor. The better highway, the increase of factory production, and the provided workers led the cities from Tegal to Semarang being the developed cities which never slept for 24 hours because they were a main road of goods transportation from the producers to the consumers. Thus, this condition caused an adequate high mobility in the areas.
Â
Artikel ini menganalisis hubungan antara jalan raya Pantura (pesisir utara) di Jawa Tengah dan masyarakat pengembangan ekonomi di daerah-daerah di era Kolonial Belanda. Kolonial Belanda pada transportasi darat, terutama di jalan raya bisa membuka peluang bagi pengembangan sektor industri. Di pesisir utara Jawa, beberapa kota muncul, seperti Semarang, Pekalongan dan Kudus. Kota-kota industri tersebut menjadi magnet bagi masyarakat urban untuk tampil. Mereka datang ke kota-kota tersebut untuk menjelajah sebagai buruh industri, pekerja konstruksi, pekerja kerah biru, seperti pembantu rumah tangga, kuli di terminal, pasar dan pelabuhan. Jalan raya yang lebih baik, peningkatan produksi pabrik, dan pekerja yang diberikan membawa kota-kota dari Tegal ke Semarang menjadi kota maju yang tidak pernah tidur selama 24 jam karena merupakan jalur utama transportasi barang dari produsen ke konsumen. Dengan demikian, kondisi ini menyebabkan mobilitas tinggi memadai di daerah.
Â
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Chew, Daniel. 1998. “Oral History Methodology: The Life History Approach†in P. Lim Pui Huen,et.al. (Eds.). Oral History in Southeast Asia, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Hartatik, Endah Sri. 2016. “Perkembangan Jalan Raya di Pantai Utara Jawa Tengah sejak Mataram Islam hinggam Pemerintahan Daendels.†Paramita Historical Studies Journal, 26(2): 155-165.
Kantoor van de Arbeid Residentie Pekalongan, ANRI.
Kasmadi, Hartono and Wiyono. 1985. Sejarah Sosial Kota Semarang 1900-1950. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Koloniaal Verslag 1861, ANRI.
Krisprantono, 2011. “Perkembangan Tata Ruang Kota Semarang Ditinjau dari Kebijakan Politik Ekonomi Kolonial.†Article is presented in National Seminar of The City Development in The Historical Perspective, Semarang.
Kuntowijoyo. 2004. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lombard, Denys. 1999. Nusa Jawa Silang Budaya. Jakarta: Gramedia.
Memorie van Overgave Gouverneur van Midden Java Over Jaar 1930, ANRI.
Panca, Warti. 2002. “Pengembangan Transportasi Jalan Raya di Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Tahun 1961-1990â€. Skripsi. Semarang: Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro.
Poltabes Semarang. 1955. Daftar Kepemilikan Kendaraan Bermotor dan tidak bermotor di Kotamadia Semarang, Semarang: Poltabes Semarang.
Staatblad van Nederlandsch Indie, 1906 no 120, ANRI.
Suara Merdeka, 29 Juni 1950.
Suliyati, Titiek 2011 . “Dinamika Kawasan Permukiman Etnis di Semarang.†Article is presented in National Seminar of The City Development in The Historical Perspective, Semarang.
Yuliati, Dewi. 2011. “Industrialisasi dan Segregasi Sosial.†Article is presented in National Seminar of The City Development in The Historical Perspective, Semarang.
Informan
Ruku’an, interviewed 12 September 2013
Sukarno, interviewed 11 January 2014.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.