UJI DAYA INFEKTIVITAS Plasmodium berghei IRADIASI PADA HATI, LIMPA MENCIT MENGGUNAKAN NESTED-PCR
Main Article Content
Abstract
Plasmodium berghei adalah parasit jenis protozoa penyebab malaria pada rodensia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Iradiasi dapat menyebabkan perubahan struktur protein, degradasi protein maupun perubahan konformasi DNA. Dosis iradiasi 150-175 Gy dapat menurunkan daya infeksi P.berghei pada mencit dengan ditunjukkan oleh periode prepaten yang panjang serta jumlah kematian mencit yang rendah. Keberadaan Plasmodium dideteksi menggunakan nested-Polymerase Chain Reaction. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi keberadaaan Plasmodium iradiasi pada organ (hati dan limpa) mencit menggunakan metode Nested-Polymerase Chain Reaction (PCR). Penelitian ini menggunakan Plasmodium yang diiradiasi dosis 175 Gy tanpa booster, 175 Gy dengan booster, dan 0 Gy dan diinfeksikan ke dalam tubuh mencit. Setelah 2 bulan hati dan limpa mencit diambil dan dilakukan ekstraksi DNA. Hasil ekstraksi diamplifikasi menggunakan nested-PCR dan dianalisis menggunakan gel agaros dengan melihat ada tidaknya pita DNA spesifik yang berukuran sesuai dengan DNA target. P. berghei iradiasi tidak terdeteksi pada hati dan limpa mencit yang diinfeksi P. berghei dosis 175 Gy tanpa booster maupun dengan booster. Hal ini berarti bahwa iradiasi dapat menurunkan daya infeksi P. berghei di hati dan limpa mencit.
Plasmodium berghei is parasite of protozoa that was causing malaria in rodent infected through bites of female Anopheles mosquito. Irradiation can cause changing protein structure, protein degradation also DNA conformation. Irradiation dose in 150-175 Gy can decrease infection of P.berghei in mice were showed by long prepaten period and low death in mice. Plasmodium detected by nested-Polymerase Chain Reaction. The purpose of this study to detect irradiation Plasmodium in the organs(liver and spleen) of mice using nested-Polymerase Chain Reaction method. This study used Plasmodium irradiated in 175 Gy dose without booster , 175 Gy with booster and 0 Gy dose then infected to the mice. After 2 months hepar and spleen of mice taken and doing DNA extraction. DNA extracts amplified using nested-PCR and analyzed using gel agarose electrophoresis by looking at the presence or absence of specific DNA bands corresponding to the size of the target DNA. P. berghei irradiation was not detected in the liver and spleen infected P. berghei 175 Gy dose without booster or 175 Gy with booster. It is mean that Irradiation can decrease infectivity of P. berghei in liver and spleen of mice.
Article Details
References
Darlina & Tetriana D. 2008. Daya infeksi Plasmodium berghei stadium eritrositik yang diirradiasi sinar gamma. on line at: www.batan.go.id[ diakses tanggal 20 April 2012].
Eales L. 1999. Immunology for lifescientist. Newyork: John Wiley & sons.
Ferreira A, Enea V, Morimoto T, & Nussenzweig V. 1986. Infectivity of Plasmodium berghei sporozoites measured with a DNA probe. Mol Biochem Parasitol 19(2): 103-109.
Frevert U, Sabine E, Sergine Z, Jorg S, Bruce Ng, Kai M, Leonard L & Yee H. 2005. Intravital observation of Plasmodium berghei infection of the liver. PLoS Biology 3(6): 1034-1046.
Hoffman SL, Goh LML, Luke TC, Schneider I, Le TP, Doolan DL, Sachi J, Vega P de la, Dowler M, Paul C, Gordon DM, Stoute JA, Church LWP, Sedegah M, Heppener DG, Ballou WR, & Richie TL. 2002. Protection of humans against malaria by immunization with radiation-attenuated Plasmodium falciparum Sporozoites. J Infect Diseases 185(8): 1155-1164.
Iqbal J, Ali S, Parsotam RH & Al-Owaish R. 1999. Comparison of the optimal test with PCR for diagnosis of malaria in immigrants. Journal of Clinical Microbiology 37(11): 3644-3646.
Iskandar T, Subekti DT & Diani EF. 2006. Gambaran splenosit, limpa, dan kekebalan pada mencit galur BALB/C yang diberi allantoin dan diinfeksi Toxoplasma gondii. Dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Penelitian Veteriner. Bogor.
Janeway CA, Travers Jr P, Walport M & Shlomchik MJ. 2001. Immunobiology: The Immune System in Health and Disease. 5th edition, New York: Garland Science
Michael JCR. 2005. Plasmodium sp infection in ex-captive Bornean orangutans (Pongo pygmaeus) housed at the orangutans care center and quarantine, Padang Panjang, Kalimantan Tengah, Indonesia. Thesis. Departement of Archaeology, Simon Fraser University.
Mohanty S, Patel DK, Pati SS & Mishra SK. 2006. Adjuvant therapy in cerebral malaria. Indian J Med Res 124(3): 245.
Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Neumaier M, Braun A & Wagener C. 1998. Fundamentals of quality assessment of molecular amplification methods in clinical diagnostics. Clinical Chemistry 44(1):12-26.
Nikjoo H. 2003. Radiation track and DNA damage. Iran J Radiat Res 1(1): 3 – 16.
Saiwichai T, Maneepak M, Songprakhon P, Harnyuttanakorn P & Nithiuthai S. 2009. Species – specific nested PCR for detecting Plasmodium gallinaceum infresh chicken blood. Top Mad Parasitol 32:75-81.
Schmidt KE. 2011. Analysis of parasite-specific T cells and cellular interactions in the spleen during Plasmodium berghei induced experimental cerebral malaria. (Disertasi). Germany: University of Bonn.
Shi Q, Lynch MM, Romero M, & Burns JM. 2007. Enhanced protection against malaria by chimeric merozoite surface protein vaccine. Infect and Immun 75(3): 1349-1358.
Singh B, Bobogare A, Cox-Singh J, Snounou J, Abdullah MS, & Rahman HA. 1999. A Genus- and species-specific nested Polymerase Chain Reaction malaria detection assay for epidemologic studies. The Amer Soc Tropical Med & Hyg 60(4): 687-692.
Sulistyaningsih E. 2007. Polymerase Chain Reaction(PCR): Era baru diagnosis dan managemen penyakit infeksi. Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Jember 1(1): 16-25.
Syaifudin M, Nurhayati S & Tetriana D. 2008. Pengembangan vaksin malaria dengan radiasi pengion. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sains dan Teknologi- II. Universitas Lampung. Lampung 17-18 November 2008.
Tetriana D. 2007. Mengendalikan malaria dengan teknik nuklir. Jakarta: Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN.
Vaughan JA, Scheller LF, Wirtz RA, & Azad AF. 1999. Infectivity of Plasmodium berghei sporozoites delivered by intravenous inoculation versus mosquito bite: implications for sporozoite vaccine trials. Infect & Immun 67(8): 4285-4289.
Wijayanti MA, Herdiana EM, Mardihusodo SY. 2003. Efek bee propolis terhadap infeksi Plasmodium berghei pada mencit Swiss. Berkala Ilmu Kedokteran 35(2): 81-89.