JENIS CACING PADA FESES SAPI DI TPA JATIBARANG DAN KTT SIDOMULYO DESA NONGKOSAWIT SEMARANG

Main Article Content

Muhammad Rofiq Nezar
R Susanti
Ning Setiati

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis, tingkat infeksi, dan metode yang paling efektif untuk identifikasi cacing pada feses sapi dengan pemeliharaan berbeda di TPA Jatibarang dan KTT Sidomulyo Nongkosawit Semarang. Jumlah sampel feses sapi sebanyak 64 sampel. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014. Metode identifikasi menggunakan metode natif, sedimentasi, dan flotasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis telur cacing pada feses sapi di TPA Jatibarang sebanyak tiga belas spesies (Ascaris lumbricoides, Bunostomum phlebotomum, Haemonchus contortus, Oesophagostomum radiatum, Ostertagia ostertagi, Trichuris globulosa, Fasciola hepatica, Fasciola gigantica, Moniezia expansa, Moniezia benedeni, Paramphistomum cervi, Cotylophoron cotylophorum, dan Schistosoma bovis). Telur cacing pada feses sapi di KTT Sidomulyo sebanyak empat spesies (B. phlebotomum, H. contortus, O. ostertagi, P. cervi). Larva cacing hanya pada feses sapi KTT Sidomulyo sebanyak dua spesies (larva Trichostrongylus axei dan Strongyloides papillosus). Intensitas telur cacing pada feses sapi di TPA Jatibarang lebih tinggi daripada feses sapi dari KTT Sidomulyo yaitu H. contortus sebanyak 1080 epg dan pada feses sapi di KTT Sidomulyo intensitas tertinggi adalah O. ostertagi sebanyak 1000 epg. Berdasarkan metode identifikasi, metode natif efektif untuk identifikasi nematoda, Moniezia sp, dan trematoda. Metode sedimentasi efektif untuk identifikasi trematoda dan Moniezia sp, sedangkan metode flotasi efektif untuk identifikasi telur dan larva nematoda.

 

Research has determined the species, infection level, and the most effective identification method of helminths in cattle faeces with different husbandry in Jatibarang landfill and KTT Sidomulyo Nongkosawit Semarang. Faecal samples were 64 samples. It was conducted in April-May 2014. The identification used native, sedimentation, and flotation methods. Results showed the species of helminths eggs of cattle faeces in Jatibarang landfill were thirteen species (Ascaris lumbricoides, Bunostomum phlebotomum, Haemonchus contortus, Oesophagostomum radiatum, Ostertagia ostertagi, Trichuris globulosa, Fasciola hepatica, Fasciola gigantica, Moniezia expansa, Moniezia benedeni, Paramphistomum cervi, Cotylophoron cotylophorum, and Schistosoma bovis). Helminths eggs found in KTT Sidomulyo Nongkosawit were four species (B. phlebotomum, H. contortus, O. ostertagi, and P. cervi). Larvae found in cattle faeces of KTT Sidomulyo were two species (larvae T. Axei and S. papillosus). Intensity of helminths eggs in Jatibarang landfill more than KTT Sidomulyo was H. contortus as much as 1080 epg and KTT Sidomulyo has the highest intensity of O. ostertagi as much as 1000 epg. Identification showed an effective method for nematodes, Moniezia sp, and trematodes were native. Sedimentation was the effective method for trematodes and Moniezia sp. identification, while flotation method was effective for eggs and larvae of nematodes.

Article Details

How to Cite
Nezar, M., Susanti, R., & Setiati, N. (1). JENIS CACING PADA FESES SAPI DI TPA JATIBARANG DAN KTT SIDOMULYO DESA NONGKOSAWIT SEMARANG. Life Science, 3(2). Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/UnnesJLifeSci/article/view/4565
Section
Articles

References

Arifin C. & Soedharmono. 1982. Parasit Ternak dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Bassetto CC, Silva BF, Newlands GFJ, Smith WD, Amarante AFT. 2011. Protection of calves against Haemonchus placei and Haemonchus contortus after immunization with gut membrane proteins from H. contortus. J Parasite Immunol. (33): 377–381.

[BPSN RI] Badan Pusat Statistik Nasional RI. 2011. Statistika Hewan ternak di Indonesia Tahun 2011. Jakarta: RI.

Bistner IS, Ford BR & Raffe MR. 2000. Handbook of Veterinary Procedures and Emergency Treatment. United States of America: W. B. Sanders co.

Bowman DD & Georgi JR. 2009. Georgi’s Parasitology for Veterinarians. United Kingdom: Elsevier Health Sciences.

Brotowidjoyo MD. 1987. Parasit dan Parasitisme. Jakarta: Media Sarana Press.

[Disnak] Dinas Peternakan. 2012. Statistika Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah.

Dwiloka B, Rasana’e DLMR & Rianto F. 2006. Kandungan Logam Berat pada Hati dan Usus Sapi yang Dipelihara di TPA Jatibarang Semarang setelah direbus dengan Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth). Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta, 12 Desember 2006.

Gasbarre LC, Leighton EA & Davies CJ. 1990. Genetic control of immunity to gastrointestinal nematodes of cattle, J Veterin Parasitol 37: 257–272.
Guntoro S. 2013. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Organik. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Hestiningsih R. 2004. Perbandingan bakteri kontaminan pada lalat Chrysomyia megacephala dan Musca domestica di TPA Piyungan Bantul Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta.

Jacquiet P, J Cabaret, E Thiam & D Cheikh. 1998. Host range and maintenance of Haemonchus spp. in adverse, arid climate. Int J Parasitol. 28(2):253-261

Levine ND. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press (diterjemahkan oleh Ashadi G).
Madzingira O, Mukaratirwa S, Pandey VS & Dorny P, 2002, A questionnaire survey of the management and use of anthelmintics in cattle and antelope in mixed farming systems in Zimbabwe. J Sou Afr Veterin Asso. (73):70-73

Maichomo MW, Kagira JM & Walker T. 2004. The prevalence of gastro-intestinal parasites in calves, sheep and goats in Magadi division,
M. Rofiq Nezar dkk./Unnes Journal of Life Science 3 (2) (2014)
102 south-western Kenya. Onderstepoort J Veterin Res. 71:257–261.

Mardihusodo SJ. 1985. Studi Macam Spesies dan Bionomi Lalat yang Berbiak di Kandang Ternak dan Timbunan Sampah di Yogyakarta. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran UGM.

Natadisastra D & Agoes R. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Noble ER, Noble AG, Schad AG & Austin JJ. 1989. Parasitology: The Biology of Animal Parasites. Philadelpia: Lea & Febiger.

Pandey VS, Chitate F & Nyanzunda TM. 1993. Epidemiological observations on gastro-intestinal nematodes in communal land cattle from the highveld of Zimbabwe. J Veterin Parasitol. 51: 99–106.

Pfukenyi MD, Mukaratirwa S, Willingham AL & Monrad J. 2007.
Epidemiological studies of parasitic gastrointestinal nematodes, cestodes
and coccidia infections in cattle in the highveld and lowveld communal grazing areas of Zimbabwe. Onderstepoort J Veterin Res. 74: 129-142.

Pfukenyi DM & Mukaratirwa S. 2013. A review of the epidemiology and control of gastrointestinal nematode infections in cattle in Zimbabwe. Onderstepoort J Veterin Res. 80:1-12.

Primawidyawan A. 2006. Identifikasi Nematoda Saluran Pencernaan pada Tinja Badak Jawa (Rhinocerous sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Purnomo, Gunawan JW, Magdalena LJ, Ayda R & Harijani AM. 2009. Atlas Helmintologi Kedokteran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Pusarawati S, Ideham B, Kusmartisnawati, Tantular IS & Basuki S. 2014. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Roeber F, Jex AR & Gasser RB. 2013. Impact of gastrointestinal nematodes of sheep, and the role of advanced moleculer tools for exploring epidemiology and drug resistance-an Australian perspective. J Parasite & Vect. 153(6): 1-13.

Setiadi MA, Sa’id G, Achjadi RK & Purbowati E. 2012. Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Jakarta: Penebar Swadaya.

Silva MRL, Amarante MRV, Bresciani KDS, Amarante AFT. 2014. Host-specificity and morphometrics of female Haemonchus contortus, H. placei and H. similis (Nematoda: Trichostrongylidae) in cattle and sheep from shared pastures in São Paulo State Brazil. J Helminthol. (4):1-5.

Thienpont, Rochette F & Vanparijs OFJ. 1979. Diagnosting Helminthiasis Through Coprological Examination. Belgium: Jannsen Pharmaeutica.

Williamson G. & Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press (diterjemahkan oleh Darmadja SGND).

Yahya A. 2002. Studi Populasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
melalui Kamera Penjebak Inframerah di Taman Nasional Ujung Kulon. Direktorat Jenderal Konservasi Alam Taman Nasional Ujung Kulon-WWF.