IPS DALAM PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (STUDI KASUS PADA KEBUDAYAAN JAWA)
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Social Sciences have a very broad scientific dimension. The scope of social studies is human social life in society. Therefore, this community is the main source of IPS. Whatever aspect of social life we study, whether it be social relations, economics, culture, psychology, history, geography, or politics, comes from society. So, we need a philosophical approach that will provide modern, unconventional learning such as the constructivism approach. The method used in this research is the library study method. This research leads to the finding that teachers are no longer the only providers of knowledge. No longer the only source of learning. However, the teacher is positioned more as a facilitator who facilitates students to be able to learn and construct their knowledge. Based on observations on local wisdom and Javanese culture, the incorporation of social studies learning using a constructivist approach is expected to be able to make students democratic, responsible, and peaceful citizens of the world.
Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki dimensi keilmuan yang sangat luas. Ruang lingkup IPS adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi, ataupun politik, bersumber dari masyarakat. Sehingga dibutuhkan suatu pendekatan filsafat yang akan memberikan suatu pembelajaran yang modern tidak konvensional seperti pendekatan konstruktivisme. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode studi kepusatakaan. Penelitian ini bermuara pada temuan bahwa guru tidak lagi menduduki tempat sebagai satu-satunya pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Mendasarkan pengamatan pada kearifan lokal dan kebudayaan Suku Jawa, penggabungan pembelajaran IPS yang menggunakan pendekatan konstruktivisme diharapkan mampu menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
References
Banks, J. A. (1995). The historical reconstruction of knowledge about race: Implications for transformative teaching. Educational researcher, 24(2), 15-25.
Lubis, T. N. (2018). Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Samudra Biru.
Marnelly, T. R. (2018). Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Melayu Pesisir (Studi Pengelolaan Madu Sialang di Desa Rawa Mekar Jaya). Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 19(2), 149-154.
Mudjiono, D. d. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Na’im dan Syaputra. 2011. Kewarganegaraan, Suku, Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Retnoningsih, S. &. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. semarang: Widya Karya.
Sapriya. (2007). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Slavin, R. E. (1995). Cooperative learning. Theory, Research and Practice. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
Soemantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosdakarya.
Stanley, B. G., Kyrkouli, S. E., Lampert, S., & Leibowitz, S. F. (1986). Neuropeptide Y chronically injected into the hypothalamus: a powerful neurochemical inducer of hyperphagia and obesity. Peptides, 7(6), 1189-1192.
Suparno, P. (1997). Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius, 12-16.
Supian, Y. (2017). Integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi di SMAN 2 Padalarang Bandung Barat (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Suryadinata, L., Arifin, E. N., & Ananta, A. (2003). Indonesia's population. ISEAS Publishing.
Zain, S. B. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.