AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR KLOROFIL KULTIVAR SINGKONG DI DAERAH WONOSOBO

Main Article Content

Restanti Solikhah
Eling Purwantoyo
Ely Rudyatmi

Abstract

Cassava leaves are the main barrier for oxidation reactions. This happens because of the chlorophyll content, but chlorophyll levels will increase with age until the leaves develop fully and then chlorophyll levels decrease when the leaves get older. When the leaves are old it is indicated that there are other compounds that act as the main barrier for oxidation reactions, namely flavonoids. Flavonoid is seen from the antioxidant activity of the leaves. The purpose of this study was to determine the levels of chlorophyll, antioxidant activity and the relationship between chlorophyll levels and antioxidant activity. This study uses seven cassava cultivars in Wonosobo. The leaves were extracted using the maceration method then the antioxidant activity was measured using DPPH method besides chlorophyll content was measured using a spectrophotometer using the ARNON method, then from the results of measurements of chlorophyll content and antioxidant activity in the Pearson Correlation method correlation test. Cassava results from Wonosobo cultivars Marsinah had the highest antioxidant activity of 71.13%. Furthermore Martapura (46.27%), Green Handle Vegetables (46.27%), Palengka (46.13%), Rubber (39.64%), Red Handle Vegetables (39.36%) and the lowest one is Kastepe cultivars that is 36.87%. While the highest chlorophyll content of Marsinah cultivars is 32.19 mg / l. Next Rubber (29.44 mg / l), Green Vegetable Handle (28.04 mg / l), Kastepe (27.66 mg / l), Martapura (27.30 mg / l), Palengka (22.82 mg / ll) and the lowest is the Red Handle Vegetable cultivar which is 22.01 mg / l. From these results, it can be concluded that ducks There is no correlation between chlorophyll levels and antioxidant activity of cassava cultivars in Wonosobo district.


 


Daun singkong merupakan barrier utama untuk reaksi oksidasi. Hal ini terjadi karena adanya kandungan klorofil, akan tetapi kadar klorofil akan meningkat seiring bertambahnya umur sampai daun berkembang penuh dan kemudian kadar klorofil menurun ketika daun semakin tua. Pada saat daun sudah tua diindikasikan bahwa ada senyawa lain yang berperan sebagai barrier utama untuk reaksi oksidasi yaitu flavonoid. Falvonoid dilihat dari aktivitas antioksidan daun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar aklorofil, aktivitas antioksidan dan hubungan anatara kadar klorofil dengan aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan tujuh kultivar singkong yang ada di wonosobo. Daun diekstraksi menggunakan metode maserasi kemudian diukur aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH selain itu kadar klorofil diukur menggunakan spektrofotometer menggunakan metode ARNON, kemudian dari hasil pengukuran kadar klorofil dan aktivitas antioksidan di uji korelasi metode Pearson Correlation. Hasil menunjukkan Singkong dari Wonosobo kultivar Marsinah memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi yaitu 71,13%. Selanjutnya Martapura (46,27%), Sayur Gagang Hijau (46,27%), Palengka (46,13%), Karet (39,64%), Sayur Gagang Merah (39,36%) dan yang terendah adalah kultivar Kastepe yaitu 36,87%. Sedangkan kadar klorofil yang paling tinggi kultivar Marsinah yaitu 32,19 mg/l. Selanjutnya Karet (29,44 mg/l), Sayur Gagang Hijau (28,04 mg/l), Kastepe (27,66 mg/l), Martapura (27,30 mg/l), Palengka (22,82 mg/l) dan yang terendah adalah kultivar Sayur Gagang Merah yaitu 22,01 mg/l. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar klorofil dengan aktivitas antioksidan kultivar singkong di kabupaten wonosobo


 


Keywords: Aktivitas Antioksidan, Kadar Klorofil, Kultivar Singkong

Article Details

Section
Articles