Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur Percakapan pada Dialog Anak Penyandang Tunagrahita di SLB Negeri Ungaran

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Tri Wahyuni
Muhammad Badrus Siroj

Abstract

Komunikasi dalam masyarakat berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kepada orang lain atau sebaliknya. Salah satu bentuk komunikasi manusia yaitu percakapan atau tindak tutur.  Manusia dapat saling bertukar informasi melalui sebuah percakapan singkat. Namun demikian, dalam bertutur manusia juga memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi, salah satunya yaitu prinsip kesantunan. Anak dengan kecacatan atau mereka  yang  lahir  berisiko  untuk keterlambatan perkembangan, sangat  sensitif terhadap rangsangan luar terutama yang berkaitan dengan penguasaan komunikasi. Rangsangan lingkungan harus dilakukan secara hati-hati dalam berkomunikasi karena dapat terjadi   pelanggaran   prinsip   kesantunan. Berdasarkan hasil observasi tuturan anak penyandang tunagrahita di SLB Negeri Ungaran melanggar prinsip kesantunan dan memiliki kalimat yang mengandung implikatur percakapan. Hal ini dikarenakan anak penyandang tunagrahita menampilkan pola interaksi yang berbeda dengan anak normal.


            Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsi pelanggaran prinsip kesantunan pada tuturan anak penyandang tunagrahita di SLB Negeri Ungaran, dan (2) mendeskripsi implikatur percakapan pada tuturan anak penyandang tunagrahita di SLB Negeri Ungaran. Manfaat dari penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaaat, yaitu manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat bagi penelitian linguistik,baik yang dilakukan oleh peneliti-peneliti, akademisi, maupun mahasiswa. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi pengembangan dan pembinaan anak penyandang tunagrahita, terutama mengenai maksud tuturan yang diujarkan anak penyandang tunagrahita.


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa penggalan-penggalan tuturan yang diduga melanggar prinsip kerja sama dan implikatur percakapan dalam dialog anak penyandang tunagrahita di SLB negeri Ungaran. Sumber penelitian ini adalah semua tuturan anak penyandang tunagrahita di SLB Negeri Ungaran. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode simak dengan menggunakan beberapa teknik yaitu,  teknik simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Metode analisis data dalam penelitian ini  menggunakan metode padan pragmatis, metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra wicara. Teknik pemaparan analisis datanya menggunakan metode informal.


Hasil penelitian ini menunjukkan anak penyandang tunagrahita Pelanggaran prinsip kesantunan terdapat 61, 40 % pelanggaran dari keenam bidal yaitu bidal ketimbangrasaan (tact maxim) terdapat 10,52%, bidal kemurahhatian (generosity maxim) 8, 77 %, bidal keperkenaan (approbation maxim) disajikan dalam 7,01 %,, bidal kerendahhatian (modesty maxim) 7, 01 %, bidal kesetujuan (agreement maxim) 14,03 %, dan bidal kesimpatian (sympathy maxim) 12, 28 %. Pelanggaran prinsip kesantunan yang paling banyak dilanggar adalah bidal kesetujuan (agreement maxim) dengan jumlah pelanggaran 14, 03 %. Implikatur percakapan disajikan 38, 59 % meliputi implikatur konvensional disajikan dalam 12, 28 %, implikatur nonkonvensional (menyindir, menghina, merayu, menyiksa, meragukan, menolak, dan kecewa) disajikan dalam 14, 03 % data, dan praanggapan 12, 28 %. Implikatur percakapan yang banyak dilanggar dalam penelitian ini adalah implikatur nonkonvensional dengan jumlah pelanggaran 14, 03 %.  Pelangaran-pelanggaran tersebut muncul karena adanya faktor kesengajaan dan ketidaksengajaan penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi menggunakan bahasa sehari-hari.


Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu penulis membahas pelanggaran prinsip kesantunan dan implikatur percakapan pada dialog anak penyandang tunagrahita di SLB Negeri Ungaran. Selanjutnya penulis menginginkan penelitian sejenis maupun penelitian lanjutan dengan objek kajian anak penyandang tunagrahita. Kepada masyarakat untuk lebih mengetahui dan memahami anak penyandang tunagrahita agar tidak dikucilkan, melainkan untuk didekati dan diajak berkomunikasi karena hal tersebut dapat menghindari pelanggaran prinsip kesantunann dan implikatur percakapan pada dialog anak penyandang tunagrahita.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##