EVALUASI PELAKSANAAN SURVEILANS KASUS LEPTOSPIROSIS DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Lintang Dian Saraswati
Sri Nuraini
M Sakundarno Adi
Hendri Setyawan

Abstract

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang telah terjadi peningkatan kasus Leptospirosis selama 4 tahun terakhir. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan melakukan surveilans epidemiologi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi pelaksanaan dan hasil surveilans kasus leptospirosis di Kabupaten Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian observasional. Sampel penelitian berjumlah 12 tenaga surveilans puskesmas dan 2 orang tenaga surveilans di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dilakukan wawancara, telaah data sekunder, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus leptospirosis di Kabupaten Boyolali tahun 2012-2015 paling banyak terjadi pada kelompok umur 26-45 tahun (38,3%), berjenis kelamin laki-laki (70%), dan pekerjaan sebagai petani (44,7%). Kasus paling banyak terjadi pada bulan Maret tahun 2014 dan 2015 dengan angka insiden kumulatif sebesar 0,6. Sebagian besar kasus leptospirosis terjadi di Kecamatan Nogosari (34%). Pelaksanaan surveilans epidemiologi leptospirosis di Kabupaten Boyolali belum berjalan dengan baik, pengumpulan data sudah dilakukan oleh semua responden, kompilasi data hanya dilakukan di 3 dari 12 puskesmas dan di dinas kesehatan, analisis data hanya dilakukan di dinas kesehatan berupa analisis sederhana kecenderungan leptospirosis, dan sudah dilakukan diseminasi informasi dalam bentuk pelaporan dan umpan balik.


Boyolali is one of the regency in Indonesia that has been an increase of Leptospirosis cases for the last 4 years. One effort to overcome this problem is conduct epidemiological surveillance. The purpose of this study was to evaluate the implementation and results of leptospirosis case surveillance in Boyolali. This research was descriptive study with observational research design. Samples of this research were 12 puskesmas surveillance officers and 2 health office surveillance officers that were selected by purposive sampling method and did interview, secondary data review, and observation. The results showed that cases of leptospirosis in Boyolali in 2012-2015 were mostly in the age group of 26-45 years (38.3%), male sex (70%), and occupation as farmers (44.7%). Most cases occurred in March 2014 and 2015 with cumulative incidence rate of 0.6. Most cases of leptospirosis occured in Nogosari District (34%). Implementation of leptospirosis epidemiological surveillance in Boyolali has not been well implemented, data were collected by all respondents, data were only compiled in 3 of 12 puskesmas and in health office, data were only analyzed in health office, like simple analysis of leptospiroses trend, and there was dissemination of information in the form of reporting and feedback.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Saraswati, L., Nuraini, S., Adi, M., & Setyawan, H. (2017). EVALUASI PELAKSANAAN SURVEILANS KASUS LEPTOSPIROSIS DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI. Unnes Journal of Public Health, 6(2), 92-96. https://doi.org/10.15294/ujph.v6i2.13757

References

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta. 2014. Laporan Kinerja BBTKLPP Yogyakarta Tahun 2014. Yogyakarta: BBTKLPP.

Besung I. 2011. Leptospirosis pada Hewan. Proceedings of 8th National Congres of Indonesia Association of Clinical Microbiology (PAMKI) Novemberst - November3rd 2012. Bali Indonesia.

Illahi, A.N.; Fibriana, A.I. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Leptospirosis (Studi Kasus Di Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang). Unnes Journal of Public Health, 4 (4)


McNabb, S. J., Chungong, S., Ryan, M., Wuhib, T., Nsubuga, P., Alemu, W., Carande-Kulis, V. and Rodier, G. 2002. Conceptual Framework of Public Health Surveillance and Action and Its Application in Health Sector Reform, BMC Public Health. BioMed Central, 2(2): 1–9.

Nurisa, Ima dan Ristiyanto. 2005. Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus dan Mencit) di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan, 4(3).

Rai N. 2006. Under Surveillance. Occupational Health, 58 (5): 29-31.

Setiawan, I.M. 2008. Klasifikasi dan Teknik Klasifikasi Bakteri Leptospira. Jurnal Media Litbang Kesehatan, XVII (2).

Sitepu, F.Y, Suprayogi, A, Prsmono, D. 2012. Evaluasi dan Implementasi Sistem Surveilans DBD di Kota Singkawang Kalimantan Barat 2010. Jurnal BALABA, 8 (1): 5-10.

Tangkanakul, W., Smits, H. L., Jatanasen, S. and Ashford, D. A. 2005. Leptospirosis: An Emerging Health Problem in Thailand, Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 36(2): 281–288.

Victoriano, A. F. B., Smythe, L. D., Gloriani-Barzaga, N., Cavinta, L. L., Kasai, T., Limpakarnjanarat, K., Ong, B. L., Gongal, G., Hall, J., Coulombe, C. A., Yanagihara, Y., Yoshida, S. and Adler, B. 2009. Leptospirosis in the Asia Pacific Region. BMC Infectious Diseases. BioMed Central Ltd., 9, p. 147. doi: 10.1186/1471-2334-9-147.

Yuliadi, B, Wahyuni, Ristiyanto. 2013. Distribusi Spasial Leptospirosis di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2012. Jurnal Vectora, 5 (2): 66-72

Yunianto, B dan Ramadhani T. 2010. Kajian Epidemiologis Kejadian Leptospirosis di Kota Semarang dan Kabupaten Demak 2008. BALABA, 6 (1) : 7-11