Review of Environmental Aspects and Community Behavior in the Determination of Filariasis Risk Vulnerability Zone

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Nurul Khikmah
Eram Tunggul Pawenang

Abstract

ABSTRACT


Pekalongan City is a filariasis endemic area with the highest number of filariasis cases in Central Java. One of the factors influencing the risk of transmission of filariasis is environmental factors and community behavior. The purpose of this research was to know the potential areas of filariasis transmission risk in terms of environmental condition and behavior of society. This research was conducted on 6 urban villages in Pekalongan City on May-June 2017.


It was quantitative descriptive research based on Geographic Information System (GIS) with the object of research in the form of environmental factors and community behavior in the mapping unit. The sample technique used proportional random sampling with 387 respondents in a sample area. Data analysis used univariat and spatial analysis with buffer, overlapping and overlay techniques.


The result of this study were still there region that categorized very vulnerable to transmission of filariasis with amount each variable as many as 55.3% (21 RWs) based on sewerage condition, 57.8% (22 RWs) based on the presence of stagnant water, 23.7% (9 RWs) based on the night outdoor habit, 86.9% (33 RWs) based on the habit of using mosquito nets, and 39.5% (15 RWs) based on the overlay of vulnerability to environmental conditions and community behavior.


 


 


ABSTRAK


Kota Pekalongan merupakan daerah endemik filariasis dengan jumlah kejadian filariasis tertinggi di Jawa Tengah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat risiko penularan filariasis di Kota Pekalongan adalah faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daerah potensial penularan filariasis ditinjau dari kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada 6 kelurahan di Kota Pekalongan pada bulan Mei-Juni 2017.


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan objek penelitian berupa faktor lingkungan dan perilaku masyarakat dalam unit pemetaan. Pengambilan sampel perilaku dilakukan dengan teknik proporsional random sampling menggunakan sampel wilayah terdahap 387 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis spasial dengan teknik buffer, pengharkatan dan overlay.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat wilayah yang masuk kategori sangat rentan penularan filariasis proporsi sebanyak 55,3% (21 RW) berdasarkan kondisi SPAL, 57,8% (22 RW) berdasarkan keberadaan genangan air, 23,7% (9 RW) berdasarkan kebiasaan keluar rumah pada malam hari, 86,9% (33 RW) berdasarkan kebiasaan memakai kelambu, dan 39,5% (15 RW) berdasarkan overlay kerentanan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.


 

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Khikmah, N., & Pawenang, E. (2018). Review of Environmental Aspects and Community Behavior in the Determination of Filariasis Risk Vulnerability Zone. Unnes Journal of Public Health, 7(1), 38-49. https://doi.org/10.15294/ujph.v7i1.18348

References

Amelia, R. 2014. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Filariasis. Unnes Journal of Public Health, 3 (1): 1–12

Anindita, H. M. 2016. Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko. Jurnal Majority, 5(3): 11-16

Ardias, Setiani, O., & Hanani, Y. 2012. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 2(2): 199-207

Bhattacharya, S., & Basu, P. 2016. The Southern House Mosquito, Culex quinquefasciatus : Profile of a Smart Vector, Journal of Entomology and Zoology Studies, 4(2): 73–81

Dowling., Ladeau, S.L., Armbruster, P., Biehler, D., & Leisnham, P.T. 2013. Socioeconomic Status Affects Mosquito (Diptera: Culicidae) Larval Habitat Type Availability and Infestation Level. J Med Entomol, 50(4): 764-772

Grech, M., Sartor, P., Estallo, E., Luduena-almeida, F., & Almirón, W. 2013. Characterisation of Culex quinquefasciatus (Diptera : Culicidae) Larval Habitats at Ground Level and Temporal Fluctuations of Larval Abundance in Córdoba, Argentina. Mem Inst Oswaldo Cruz, 108 (6): 772–777

Ikhwan, Z., Herawati, L., & Suharti. 2016. Environmental, Behavioral Factors and Filariasis Incidence in Bintan District, Riau Islands Province. Kesmas: National Public Health Journal, 11(3): 39–45

Jontari, H., Hari, K., & Hamim, S. 2014. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Lymphatic Filariasis di Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat Tahun 2010. OSIR, 7(1): 9–15

Ladan, S. I. 2014. Assessment of Sewage Disposal Methods and Environmental Health Impacts in Katsina. Journal of Life Sciences and Technologies, 2(1): 38–43

Masimalai, P. 2014. Remote Sensing and Geographic Information Systems (GIS) as the Applied Public Health & Environmental Epidemiology. International Journal of Medical Science and Public Health, 3(12): 1430-1438

Ministry of Health Republic Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta: Ministry of Health Republic Indonesia

Mulyono, R. A., Hadisaputro, S., & Wartomo, H. 2008. Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Berpengaruh Terhadap Kejadian FiLariasis (Studi Kasus di Wilayah Kerja Kabupaten Pekalongan). Tesis. Semarang: Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Nguyen, A. T., Williams-newkirk, A. J., Kitron, U. D., & Chaves, L. F. 2012. Seasonal Weather, Nutrients, and Conspecific Presence Impacts on the Southern House Mosquito Oviposition Dynamics in Combined Sewage Overflows. Journal of Medical Entomology, 49(6): 1328–1338

Nurjazuli. 2015. Entomology Survey Based on Lymphatic Filariasis Locus in the District of Pekalongan City Indonesia Entomology Survey Based on Lymphatic Filariasis Locus in the District of Pekalongan City Indonesia. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 22(1): 295–302

Ramadhani, T., & Wahyudi, B.F. 2015. Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk di Daerah Endemis Filariasis Limfatik, Kota Pekalongan. Jurnal Vektor Penyakit, 9(1): 1-8

Sapada, I. E., Anwar, C., & Priadi, D. P. 2014. Community Behavioral Factors Associated with Cases of Clinical Filariasis in Banyuasin Districts of South Sumatera Indonesia. Int Journal of Advances in Chemical Engg., & Biological Sciences (IJACEBS), 1(2): 182-186

Sarungu, Y, et al. 2012. Faktor Risiko Lingkungan dan Kebiasaan Penduduk Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Distrik Windesi Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 3(1): 76-81

Siwiendrayanti, A., Eram, T. P., & Sofwan I. 2016. Peran Perilaku, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, dan Genetika dalam Penyebaran Filariasis. Semarang: Cipta Prima Nusantara

Syuhada, Y., Nurjazuli, & Endah, N. 2012. Studi Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat Sebagai Faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kecamatan Buaran dan Tirto Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11(1): 95–101

Upadhyayula, S. M., Mutheneni, S. R., & Kadiri, M. R. 2012. A Cohort Study of Lymphatic Filariasis on Socio Economic Conditions in Andhra Pradesh, India. PLoS ONE, 7(3): 1–8

Wahyudi, B. F., Pramestuti, N. 2016. Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Jurnal BALABA, 12(1): 55-60

Windiastuti, I. A., 2013. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah, Sosial Ekonomi, dan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di Kota Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 12(1): 51-57