Makna Kultural dalam Satuan Lingual Rias Pengantin Pemalang Putri
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Rias pengantin Pemalang Putri merupakan tata rias yang terinspirasi dari catatan sejarah yang tumbuh di Kabupaten Pemalang. Satuan-satuan lingual yang digunakan dalam rias pengantin Pemalang Putri masih menunjukkan kekayaan budaya yang sudah turun temurun. Penelitian ini memaparkan bentuk satuan lingual rias pengantin Pemalang Putri dan makna kultural yang tercermin pada rias pengantin Pemalang Putri dengan pendekatan etnolinguistik. Data penelitian ini berupa data primer, yakni berupa penggalan tuturan yang diduga mengandung bentuk satuan lingual serta terdapat makna kultural dalam rias pengantin Pemalang Putri dan data sekunder berupa sumber-sumber pustaka. Sumber data diperoleh dari tuturan informan yang terpilih. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dan cakap. Metode analisis data berupa metode agih dan metode padan. Hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Dari 26 data, kategori penamaan terdapat tiga jenis yakni tata rias, tata busana dan tata perhiasan. Bentuk formal bahasa yakni kata dan frasa. Makna kultural sebagai wujud doa dan harapan leluhur untuk pengantin putri yang berhubungan dengan ketuhanan, menjalani hidup berumah tangga dan menjalani kehidupan dengan baik. Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan kebahasaan mengenai rias pengantin Pemalang Putri serta memperkaya khazanah pengetahuan tentang filosofi rias pengantin.
Kata kunci: satuan lingual, rias pengantin, Pemalang Putri, etnolinguistik
Abstract
Pemalang Putri bridal makeup is a make-up inspired by historical records that grew in Pemalang Regency. The lingual units used in the Pemalang Putri bridal makeup still show a cultural hereditary. This study was describe the form of linguistic units at Pemalang Putri bridal make up and the cultural meaning that is reflected in the Pemalang Putri bridal makeup with a ethnolinguistic approach. The data of this study are primary data, namely in the form of speech fragments which allegedly contain lingual units and cultural significance in Pemalang Putri bridal makeup and secondary data in the form of literature sources. Sources of data obtained from selected informant utterances. The data collection method uses the listening and competent methods. Data analysis methods in the form of the method of the method of matching and matching. The results of data analysis using formal and informal methods. From the 26 data, there are three types of naming categories namely cosmetology, fashion and jewelery. The formal forms of language are words and phrases. Cultural meaning as a form of prayer and ancestral hope for the bride and groom associated with divinity, live a married life and live a good life. From this research it is hoped that it will be beneficial for developing language about Pemalang Putri bridal makeup and enriching the knowledge of the philosophy of bridal makeup.
Keywords: lingual unit, bridal make-up, Pemalang Putri, ethnolinguistics
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
References
Allawiyah, Tyas Wijayanti. (2018). Leksikon Perbatikan Semarangan (Kajian Etnolinguistik). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Andini, Hanifah. (2017). Makna Kultural dalam Leksikon Perlengkapan Seni Begalan Masyarakat Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Jurnal Sastra Indonesia, Vol. 6, No. 2.
Baehaqie, Imam. (2013). Etnolinguistik Telaah Teoretis dan Praktis. Surakarta: Cakrawala Media.
______________. (2014). Jenang Mancawarna sebagai Simbol Multikulturalisme Masyarakat Jawa. Jurnal Komunitas, Vol. 6, No. 1, Hlm. 180-188. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Cholifah, Nur. (2016). Representasi Leksikon Perajin Ukiran pada Masyarakat Mulyoharjo: Penelitian Etnolinguistik di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Skripsi. Univeritas Negeri Semarang.
Davis, Jenny L. (2016). Language Affiliation and Ethnolinguistic Identity in Chickasaw Language Revitalization. Language and Communication, 47, 100-111. United State: Elsevier.
Fatehah, Nur. (2010). Leksikon Perbatikan Pekalongan (Kajian Etnolinguistik). Jurnal Adabiyyat: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol 9, No. 2. Hlm. 327-363.
Fekede, Alemayehu dan Takele Gemechu. (2016). An Analysis of Linguistic Landscape of Selected Towns in Oromia: An Ethnolinguistic Vitality Study. Journal of Languages and Culture Vol. 7, No. 1. Hlm. 1-9. Ethiopia: Jimma University.
Humaeni, Ayatullah. (2012). Makna Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat Banten. Jurnal Antropologi Indonesia, Vol. 3, No. 3.
Indraswari, Rininta Ratlin. (2016). Makna Kultural Leksikon Rias Pengantin Solo Putri: Kajian Etnolinguistik. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Levisen, Carsten. (2015). Scandinavian Semantic and the Human Body: an Ethnolinguistic Study in Diversity and Change. Language Sciences, 49, 51-66. Denmark: Elseiver.
Like, Titik Nurnia. (2019). Satuan-Satuan Lingual dalam Tradisi Nyadran di Pantai Tawang Kabupaten Kendal (Kajian Etnolinguistik). Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Mardikantoro, Hari Bakti. (2016). Satuan Lingual Pengungkap Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan. Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya, Vol. 44, No. 1. Hlm. 47-59. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rachmawati, Evi Mukti. (2006). Istilah Rias Pengantin Putri Basahan Adat Surakarta dan Perkembangannya (Suatu Kajian Etnolinguistik). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sari, D. M. (2017). Nilai Filosofis dalam Leksikon Batik Demak di Kabupaten Demak (Kajian Etnolinguistik). Doctoral dissertation. Universitas Negeri Semarang.
Shapira, Nurul. (2014). Klasifikasi Bentuk Lingual Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Kabupaten Bandung. Jurnal Bahtera: Antologi Bahasa dan Sastra, Linguistik: No.1. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumiani. (2016). Simbol dan Makna Tata Rias Pengantin Bugis Makassar. Jurnal Pakarena, Vol. 1, No. 10. Hlm. 1-17.
Supriyani, Dwi. (2019). Istilah-Istilah Sesaji Ritual Jamasan Kereta Kanjeng Nyai Jimat di Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Jurnal Sastra Indonesia Vol. 8, No. 1.
Warsiti, Buryan Umi, Radjijati. (1996). Arti Perlambangan dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Jawa Timur. Surabaya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yani, Juli. (2016). Leksikon dalam Pernikahan Adat Melayu Riau: Kajian Etnolinguistik. Jurnal Ilmu Budaya Unilak Vol. 12, No. 2.