Konstruksi Baru Identitas Banyumasan dalam Penggunaan Bahasa Pada Generasi Y: Studi Kasus Platform Instagram

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Meina Febriani
Nas Haryati Setyaningsih
Azis Nugroho

Abstract

Transformasi kehidupan abad 21 makin mengubah pola komunikasi masyarakat menuju komunikasi virtual berbasis siber. Platform Instagram menjadi salah satu wahana ekspresi bahasa yang sebagian besar digunakan oleh Generasi Y/Milenial kelahiran 1981-1995. Tantangan terbesar dalam komunikasi berbasis siber ialah ketika identitas kultural yang melekat dalam penggunaan bahasa (salah satunya bahasa Jawa dialek Banyumas yang berciri cablaka) harus dihadapkan pada ekosistem siber. Inilah problematik bahasa di media sosial. Penelitian ini berfokus pada penjelasan konstruksi identitas Banyumasan dalam komunikasi di Instagram, sebagai fenomena pemertahanan bahasa di satu segi dan fenomena masyarakat global di segi yang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis konten digital dengan menggunakan observasi virtual sebagai taknik utamanya serta didukung dengan kajian dokumen digital dalam komunikasi siber. Secara metodologis, analisis data akan dilakukan menggunakan model alir dengan mencakup tiga alir terpadu, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi. Penelitian ini memberikan kontribusi teoretik berupa pemetaan ruang berbahasa Jawa dialek Banyumas (BJB) dalam platform Instagram, konstruksi baru identitas Banyumasan dalam penggunaan bahasa di ruang virtual, dan eksistensi bahasa Jawa dialek Banyumasan di media sosial. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi langsung bagi masyarakat Banyumas, para peneliti bahasa, serta Badan Perlindungan dan Pengembangan Bahasa dalam upaya pemertahanan kekayaan kultural pada era industri 4.0.


 


The transformation of life in the 21st century is increasingly changing people's communication patterns towards cyber-based virtual communication. The Instagram platform is a vehicle for language expression, which is mostly used by Generation Y/Millennials born in 1981-1995. The biggest challenge in cyber-based communication is when the cultural identity inherent in the use of language (one of which is the Banyumas Javanese dialect which is characterized by cablaka) must be faced with the cyber ecosystem. This is the language problem in social media. This study focuses on explaining the construction of Banyumasan identity in communication on Instagram, as a phenomenon of language defense on the one hand and a phenomenon of global society on the other. This study uses a qualitative approach through digital content analysis using virtual observation as the main technique and is supported by the study of digital documents in cyber communication. Methodologically, data analysis will be carried out using a flow model that includes three integrated flows, namely: (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) verification. This research provides a theoretical contribution in the form of mapping the Javanese language space with the Banyumas dialect (BJB) on the Instagram platform, the new construction of the Banyumasan identity in the use of language in virtual spaces, and the existence of the Banyumasan Javanese dialect on social media. Practically, the results of this study can make a direct contribution to the Banyumas community, language researchers, and the Language Protection and Development Agency in an effort to maintain cultural wealth in the industrial era 4.0.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

References

Angela, T., & Effendy, N. (2015). Faktor-Faktor Brand Loyalty Smartphone pada Generasi Y. Jurnal Experientia, 3, 71–79.
Beritasatu. (2021). Media Sosial Paling Populer di Indonesia. Https://www.beritasatu.com.
CNBC. (2020). Di Tengah Pandemi, Penggunana Teknologi Meningkat Pesat. Https://Www.Cnbcindonesia.Com/Tech/20200723190647-37-175009/Di-Tengah-Pandemi-Penggunaan-Teknologi-Meningkat-Pesat.
Crystal, D. (2019). The Cambridge Encyclopedia of The English Language Third Edition. Camridge University Press.
Dadan, S. (2018). Konstruksi Identitas Budaya Banyumasan dalam Kaus Dablongan.
Darmastuti, R. (2013). Mindfullness dalam Komunikasi Antarbudaya. Buku Litera.
Esser, B. J. (1927). Het Dialect van Banjoemas, Inzonderheid Zooals dit in de Regentschappen Poerbolinggo en Poerwokerto. Kolff.
Fasold, R. (1984). Sociolingustics of Society. : . Basil Black Well Inc.
Gumperz, J. (1982). Discourse Strategies (Studies in Interactional Sociolinguistics). Cambridge University Press.
Holmes, J. (2012). An Introduction to Sociolinguistics: Fourth Edition. Routledge.
Hudson, R. . (1996). Sociolinguistics (Second Edition). Cambridge University Press.
Ibda, H. (2017). Urgensi Pemertahanan Bahasa Ibu di Sekolah Dasar. SHAHIH, 2(2). http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/shahih/article/view/980
Instagram. (2021). Features. https://about.instagram.com/features
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka.
Liliweri, A. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. PT LKiS Pelangi Aksara.
Marshall, C., & Roosman, G. B. (2006). Designing Qualitative Research. : . Sage Publication.
Muhidin, R. (2019). Preposisi Ndek, Kala, Rikala dan Nang dalam Bahasa Jawa Dialek Banyumas. Genta Bahtera: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Simbiosa Rekatama Media.
Kemenkes, (2020). https://hukor.kemkes.go.id
Pawestri, A. G. (2019). Membangun Identitas Budaya Banyumasan melalui Dialek Ngapak di Media Sosial. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 19(2), 255–266.
Priyadi, S. (1993). Hubungan Sunda dengan Tradisi Penulisan Babad di Daerah Banyumas. Simposium Intenasional Ilmu-Ilmu Humaniora II.
Priyadi, S. (2000). Fenomena Kebudayaan yang Tercermin dari Dialek Banyumasan. Jurnal Humaniora, 12(1).
Priyadi, S. (2002). Banyumas: Antara Jawa dan Sunda. Mimbar-The Ford Foundation.
Priyadi, S. (2007). Cablaka sebagai Inti Model Karakter Manusia Banyumas. Diksi: Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 14(1), 11–18.
Priyadi, S. (2008). Orientasi Nilai Budaya Banyumas: antara Masyarakat Tradisional dan Modern. Humaniora, 20(2), 158–167.
Puntoadi, D. (2011). Menciptakan Penjualan Melalui Social Media. PT Elex Komputindo.
Purwaningrum, P. W. (2020). Variasi Leksikal Di Kabupaten Kebumen (Sebuah Kajian Dialektologi). Wanastra : Jurnal Bahasa Dan Sastra, 12(2), 2020.
Rohidi, T. R. (2012). Metodologi Penelitian Seni. Cipta Prima Nusantara.
Setiadi, A. (2016). Pemanfaatan Media Sosial untuk Efektivitas Komunikasi. Jurnal Cakrawala, 2016. https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/viewFile/1283/1055
Social, W. A. (2018). We Are Social. Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and ECommerce Use Around The World. New York: We Are Social. https://wearesocial.com/
Sugiarto, Eko; Rohidi, Tjetjep Rohendi; Sony Kartika, D. (2017). The Art Education Construction of Woven Craft Society in Kudus Regency. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 17(1), 87–95.
Trianton, T. (2016). Bahasa sebagai Identitas dan Perlawanan Kultural Masyarakat Banyumas Pascakolonial. In Seminar Internasional “Indonesia : Art and Urban Culture".