Representasi Masyarakat Malang dalam Karakter Abdi Topeng Malangan
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Indonesia adalah negara dengan ragam kebudayaan dan suku bangsa. Di balik ragamnya kebudayaan yang dimiliki Indonesia, tidak luput juga terdapat permasalahan yang dijumpai. Salah satunya terjadi pada topeng Malangan, salah satu masalahnya yaitu kurangnya pelestarian akibat kesalahpahaman dalam memaknai topeng Malangan yang dijadikan hanya sebatas sebuah seni yang dipajang saja. Dari permasalahan tersebut, ditarik tujuan diadakannya penelitian ini yaitu, 1) Mendeskripsikan tahapan-tahapan tari topeng Malangan, 2) Mendeskripsikan makna karakter abdi dalam tari topeng Malangan, dan 3) Mendeskripsikan representasi karakter arek Malang dalam karakter abdi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu, 1) Tahapan-tahapan dalam tari topeng Malangan, yaitu belajar bentuknya, cara memakai topeng, dan melakukan puasa. Kemudian dilanjut dengan gending giro, lalu tahapan tari pembuka yakni beskalan patih, 2) Terdapat karakter abdi yaitu, Raden Patra Jaya, Demang Mones, Demang Mundu, Demang Tirto Yuda, Bambang Painem, Emban Dawulo, Emban Ono Ini, Jarodeh, dan Prasonto, 3) Keterkaitan antara karakter abdi yang setia dengan masyarakat Malang tergambarkan seperti masyarakat mendukung adanya kebijakan pemerintah Kota Malang dengan salah satunya, yaitu pembatasan sosial karena meningkatnya kasus covid-19. Topeng Malangan menjadi salah satu kebudayaan yang sampai kini masih dilestarikan tidak hanya berunsur tarian saja, namun juga karakter dalam topeng Malangan menjadi icon. Salah satu karakter yang disebut yaitu abdi memiliki sifat setia terhadap atasannya yang merepresentasikan karakter arek Malang dan sekitarnya yang selalu mendukung kebijakan pemerintah Malang dalam hal apapun, salah satunya terkait kasus pandemi.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Geertz, C. (1983). Abangan, Santri, Dan Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya, 354.
Giddens, A. (1991). Sociology. Cambridge, UK: Polity Press, 31-32.
Handoyo Interview. (2022). “Wawancara Mengenai Topeng Malangan”. Malang.
Hidajat, R. (2012). Wayang Topeng Malang Dalam Perubahan Kebudayaan. Imaji: Jurnal Seni Dan Pendidikan Seni, 10(2), 148.
Irawanto, R. (2013). Representasi Estetika Jawa Dalam Struktur Ragam Hias Tari Topeng Malangan. ATRAT: Jurnal Seni Rupa, 1(3), 283.
Kistanto, N. H. (2015). Tentang Konsep Kebudayaan. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 10(2), 4 & 6.
Koentjaraningrat. (1985). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 180.
Mansur, R. & Cikusin, Y. (2019). Akulturasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Multikultural Dalam Budaya Wayang Topeng Malangan. Pendidikan Multikultural, 3(2), 130.
Manuaba, I. B. P., Setijowati, A., & Karyanto, P. (2013). Keberadaan Dan Bentuk Transformasi Cerita Panji, Dalam Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya (LITERA), Volume 12, Nomor 1, April 2013, ISSN 1412-2596, 53.
Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1984). Drawing Valid Meaning From Qualitative Data: Toward A Shared Craft. Educational Researcher, 13(5), 23.
Nirwana, A. (2015). Kajian Estetik Topeng Malangan (Studi Kasus Di Sanggar Asmorobangun, Desa Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang). Imaji: Jurnal Seni Dan Pendidikan Seni, 13(2), 1-2& 10.
Pamuji, I. A. (2017). Garap Gending Jula-Juli Lantaran Gaya Malang (Doctoral Dissertation, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta), 22.
Rahayu, E. W. (2016). Transformasi Cerita Panji Kudanarawangsa Dalam Pertunjukan Dramatari Wayang Topeng Di Desa Jatiduwur Jombang. Buku–5, Prosiding Semnas PPM, 25.
Sumaryono. (2011). Cerita Panji, Antara Mitos Dan Sejarah, Dalam Jurnal Mudra, Volume 26, No.1, Agustus 2011, ISSN 0854-3461, 18.
Tylor, E. B. (1871). Primitive Culture. Vol.1 & Vol. 2. London: John Murray, 1920, 1.
Wijaya, H. (2018). Analisis Data Kualitatif Model Spradley (Etnografi), 6.