EVALUASI PENATALAKSANAAN GIZI BALITA STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIRAMPOG
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
ABSTRACT
SUN (Scalling Up Nutrition) merupakan upaya global dalam rangka rencana aksi percepatan perbaikan gizi salah satunya menanggulangi balita stunting fokus pada 1000 HPK. Stunting merupakan prevalensi tertinggi di Wilayah kerja Puskesmas Sirampog di Kabupaten Brebes, ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penatalaksanaan status gizi balita stunting dengan unsur input, proses dan output. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan awal ditentukan dengan teknik purposive sampling. Metode pegumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi terhadap 6 informan awal yang terdiri dari kepala puskesmas, bidan koordinator KIA, koordinator gizi, bidan desa, kader dan ibu balita sasaran. Dua informan triangulasi yang terdiri dari koordinator kesehatan kelurga dan koordinator gizi Dinas Kesehatan Kabupaten. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap input yaitu tenaga kesehatan yang terlibat masih memerlukan tambahan, belum ada tenaga gizi. Pada unsur proses, sebagian program terlaksana dengan baik meliputi program sehat bagi wanita hamil, pemberian ASI Eksklusif, pemantauan tumbuh kembang, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A kecuali program pemberian taburia. Pada unsur output, cakupan prevalensi stunting di Puskesmas Sirampog Kabupaten Brebes tahun 2015 sebesar 16,74 %.
ABSTRACT
SUN (Scalling Up Nutrition) is the global efforts from all shorts of countries in the framework of program attractive speeding up of nutrition improvement one of them to cope with baby of stunting focused to 1000 HPK. Stunting is highest prevalency in estate work clinik of sirampog brebes, this is indicate that quality of health treatment is too low. The porpose of This research is to evaluate management status nutrition of baby stunting included unsure input, proses and output.. This research is the qualitative reseearch in estate work clinik of sirampog brebes. Initial informant determined by purposive sampling. Methods of collecting data obtained through in-depth interviews, observation and document aboutfirst 6 top informant including heads of health centers, coordinator of midwives KIA, coordinator of nutrition, midwives of village, cadre and postpartum mother and two informants triangulation consisting coordinator of family health and nutrition coordinator health center official. The yield of research indicated that at input stage is health staff involved need more addition in order to program run with optimal, no one nutrition staff, In the process, part of program carried out comprises health program for pregnancy, Giving ASI, monitoring of growing, giving and addition food, giving vit A except giving taburia doesn’t good integreted in duty. At the output,scope of stunting prevalensi in clinik center sirmpog brebes at 2015 amount 16,74%.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
References
Aridiyah, F. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan.. E-jurnal Pustaka Kesehatan. 3 (1) : 163-170
Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : PT Binarupa Aksara
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Caulfield, L., Onis, M., Blossner, M., & Black, R. 2004. Undernutrition as an underlying cause of child deaths associated with diarrhea, pneumonia, malaria, and measles. The American Journal of Clinical Nutrition. 80 (1) : 193-198
Chang, C., Trehan, I., Wang, R., Thakwalaka, C., Maleta., Deitchler, M., & Manary, m. 2013. Child successfully treated for moderate acute malnutrition remain at risk for malnutrition and death in the subsequent year after recovery 1-4. The Journal of nutrition. 112 : 215-220
Denzin et al, 2009. Handbook of Qualitative Reserch. Ter. Dariyatno dkk. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
Depkes RI, 2004.Keluarga Sadar Gizi, mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri. Jakarta. Diakses tanggal 8 November 2014. http://www.depkes.com
, 2004.Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Dinas Kesehatan Brebes, 2014. Profil Kesehatan 2014. Brebes, 2014.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014. Profil Kesehatan. Semarang, 2014.
Direktur Bina Gizi Kesehatan RI, 2015. Stunting di Indonesia dan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi ( Gerakan 1000 HPK ). Jakarta.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Derpartemen Kesehatan, 2009. Suplementasi Vitamin A. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Ditjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011.Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang : Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.
Emzir, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Frankenburg W.K., Dodds, J.B, 2004. Denver II, diterjemahkan oleh Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Mencegah Stunting, 2014.
Gibney JM, Margetts BM, Kearney JM & Arab L. Gizi Kesehatan Masyarakat, (Andry Hartono, Pentj),Jakarta: EGC; 2009.
Hidayati, L. 2010. Kekurangan energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang Tinggal di Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan. 3 (1) : 89-104
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2103. Pedoman Manajemen Pemberian Taburia: Indonesia KKR, editor. Jakarta
Kemenkes, RI, 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Lestari, W. 2014. Faktor Risiko Stunting Pada Anak Umur 6-24 Bulan di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesia. 3 (1) : 37-45
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta
Marliyati, 2015. Pertumbuhan Bayi dan Pemberian Asi Eksklusif Oleh Ibu Penerima KonselingMenyusui dan Makanan Tambahan Torbangun. Jurnal Gizi Pangan. 10 (2): 77-84
Najahah, I. 2012. Faktor risiko balita stunting usia 12-36 bulan di Puskesmas Dasan Agung,Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 1 (2) : 22-26
Ni’amah, S. 2014. Hubungan Kualitas Pemenuhan Konsumsi Tablet FE Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmu Kebidanan & kesehatan. 5 (2) : 13-19
Nugroho, A. 2014. Pengaruh Mikronutrien Taburia Terhadap Perkembangan Motorik Anak Usia 24-48 Bulan Yang Stunting (Studi di Tanjungkarang Barat Kabupaten, Bandar Lampung. Jurnal Gizi Indonesia. 3 (1) : 52-59
Patton, MQ. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi dalam rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan ( 1000 HPK ). RI. 2012.
Putri, A. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan Protein dan Zinc dengan Stunting (Pendek) pada Balita Usia 6- 35 Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (JKM). Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. 1 (2) : 617-626
Rahim, F. 2014. Faktor Risiko Underweight balita umur 7-59 bulan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 9 (2) : 15-121
Riset Kesehatan Dasar, 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas Tahun 2013). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Rohimah, E. 2015. Pola Konsumi, Status Kesehataan dan hubungannya dengan status gizi dan perkembangan balita. Jurnal Gizi Pangan. 10 (2) : 93-100
Rohmatun, N. 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian Asi Eksklusif Dengan KejadianStunting Pada Balita Di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Laporan penelitian. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Saifuddin,2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sattu, M. 2014. Karakteristik Balita Stunting di Wilayah KIerja Puskesmas Teku Kecamatan Balantak Utara Kabupaten Banggai. Jurnal of Natural Science. 3 (3) : 239-247
Septiana, R. 2010. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4 (2) : 76-143
Sistiarani, 2008. Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR): Studi pada ibu yang periksa hamil ke tenaga kesehatan dan melahirkan di RSUD Banyumas tahun 2008. Tesis. Universitas Diponogoro.
Sjahmien, 2003. Ilmu Gizi 2 . Jakarta : Bhatakarya
Soetjiningsih, 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung : CV Alfabeta.
Suhardjo, 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jogjakarta : Bumi Aksara
Supariasa, 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Stufflebeam & Shinkfield, 2007. Evaluation Theory, Models, and Applications, San Francisco: A Wiley Imprint
Taufiqurrohman, 2009. Defisiensi Vitamin A dan Zinc Sebagai Faktor Risiko TerjadinyaStunting Pada Balita Di Nusa Tenggara Barat. JurnalMedia Penelitan dan Pengembang. Kesehatan. 21 (2) : 141-152
Tayibnapis, 2000. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendididikan dan Penelitian. Yogyakarta : Beta Jogja
Wahyuni, T. 2013. Studi Pelaksanaan Program Pemberian Bubuk Taburia di Puskesmas Sudiang Raya Kota Makasar. Tesis. Universitas Hasanudin.
Welasasih & Wirjatmadi, 2012.Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian Journal of Public Health. 8 (3) : 99–104
World Health Organization ( WHO, 2013 ). Scalling Up Nutrition.
Yunanda, M. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Balai Puataka