PERILAKU SEKSUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBUTUHAN LAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUS (STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG)

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Intan Zainafree

Abstract

Jenis penelitian ini termasuk explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini 26.486 orang, dengan minimal sample size 380 orang yang kemudian didistribusikan pada tiap-tiap fakultas secara proporsional. Sebagian besar mahasiswa memiliki perilaku seksual pranikah yang kurang berisiko terhadap PMS dan KTD. Adapun yang perilaku seksualnya kategori berisiko PMS dan KTD adalah 12,1%. Banyak mahasiswa yang menilai bahwa layanan kesehatan reproduksi remaja adalah penting untuk diselenggarakan. Akses kebutuhan layanan kesehatan reproduksi oleh di kalangan mahasiswa dipengaruhi oleh persepsi-persepsi mereka yaitu persepsi kerentanan terhadap PMS dan KTD, keparahan/keseriusan akibat PMS dan KTD, manfaat layanan kesehatan reproduksi remaja, serta hambatan yang dihadapi bila mengakses layanan kesehatan reproduksi remaja di kampus. Disarankan universitas membentuk dan mengembangkan pusat layanan kesehatan reproduksi remaja di lingkungan kampus agar mahasiswa dapat akses layanan terkait kesehatan reproduksi remaja, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial yang berbasis Friendly Health Services.

This research is explanatory research with a quantitative approach. This study uses a cross sectional survey. The population 26 486 people, with a minimum sample size 380 people who then distributed on each faculty proportionally. Most students have premarital sexual behavior is less risk of STDs and KTD. As for the category of risky sexual behavior and STDs KTD was 12.1%. Many students believed that the adolescent reproductive health services is essential to be held. Access to reproductive health care needs among students is influenced by their perceptions that the perception of vulnerability to STDs and KTD, severity / seriousness due to PMS and KTD, adolescent reproductive health care benefits, as well as the obstacles faced when accessing adolescent reproductive health services on campus. Advised universities to establish and develop adolescent reproductive health center on campus so that students can access to adolescent reproductive health related services, good information, education, treatment or psychosocial support based Friendly Health Services

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

Author Biography

Intan Zainafree, Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

How to Cite
Zainafree, I. (2015). PERILAKU SEKSUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBUTUHAN LAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUS (STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG). Unnes Journal of Public Health, 4(3). https://doi.org/10.15294/ujph.v4i3.6337

References

Ali, Mohammad & Asrori, Mohammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung. Bumi Aksara.

BKKBN dan Yayasan Mitra Inti. 2001. Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja bagi petugas KB. Jakarta. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi.

BKKBN dan Yayasan Mitra Inti. 2001. Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta. BKKBN dan Yayasan Mitra Inti.

BKKBN Propinsi Jawa Tengah. 2003. Membantu Remaja Memahami Dirinya. Semarang. BKKBN Propinsi Jawa Tengah.

BPS. 2004. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. Jakarta. BPS.

BPS. 2005. Sensus Penduduk 2000. Jakarta. BPS.

Depkes. 2003. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta: Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

PKBI. 2000. Remaja, Kesehatan Reproduksi, Resiko Reproduksi dan Perkembangan Seksualitas. Jakarta. PKBI.

PKBI Jawa Tengah. 2010. Info Kasus PILAR. Semarang : PKBI Jawa Tengah.

PKBI Jawa Tengah. 2011. Info Kasus PILAR. Semarang : PKBI Jawa Tengah.

Purwati, Endang dkk. ”Studi Perbandingan Sikap dan Tindakan Remaja Terhadap Seksualitas Pada Siswa SMU Negeri 2 Makasar Dengan Siswa SMU Kartika VII-I Makasar Tahun 2004 ”.Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Nomor 1, Volume 1, Tahun 2004.

Rosenstock. 1982. Historical Origins of the Health Belief Model. In : Becker, Marshall H. Eds. The Health Belief Model and Personal Health Behavior. Charles B. Slack Inc, Thorofare, New Jersey.

Thornburg D.H. Development in Adolescence. Second Edition. California: Brook Cole Publishing Co. 1982

WHO. 2002. Adolescent Friendly Health Services. Geneva: WHO