Gambaran Striving For Superiority Pada Keluarga Teroris
(1) Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Setia Budi Surakarta, Jl Letjed Sutoyo Mojosongo, Solo
(2) Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Setia Budi Surakarta, Jl Letjed Sutoyo Mojosongo, Solo
Abstract
Abstrak. Terorisme di Indonesia dianggap sebagai kejahatan luar biasa (Extraordinary Crime) dan juga sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity). Oleh sebab itu, masyarakat di Indonesia sangat antipati dengan terorisme dan tidak akan memberikan ruang gerak sedikitpun terhadap kegiatan terorisme di Indonesia. Stigma negatif yang diberikan oleh masyarakat Indonesia terhadap terorisme ini, secara langsung ataupun tidak akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap keluarga teroris. Persepsi negatif masyarakat terhadap teroris dan keluarganya akan membuat teroris dan keluarganya merasa terkucilkan dari lingkungan sekitarnya. Termasuk juga anak-anak mereka di lingkungan sekolah. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana striving for superiority yang dilakukan oleh keluarga teroris dan bagaimana mereka berjuang untuk keluar dari stigma negatif tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif deskriptif yaitu melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung, yaitu peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada keluarga teroris. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa perilaku striving for superiority yang dilakukan oleh keluarga teroris adalah : sabar, berdo’a, tawakal (pasrah), tidak mempermasalahkan segala bentuk stigma negatif masyarakat, membuka diri, menjaga interaksi sosial dengan tetangga, dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Selain itu, kuat dan lemahnya kondisi psikis (mental) keluarga almarhum dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya dukungan sosial (social support) yang mereka dapatkan baik dari keluarga, tetangga dekat maupun masyarakat pada umumnya.
Â
Kata Kunci : Berjuang untuk superioritas, keluarga, teroris
Â
Â
Abstract. Terrorism in Indonesia is considered as an extraordinary crime and crimes against humanity. Therefore, Indonesian people are very antipathy with terrorism and will not confer any chance to terrorism activities. The negative stigma given by Indonesians, whether it is directly or indirectly, will not affect people's perception to terrorist family. Negative society perceptions against terrorists and their families will make them feel isolated from their environment including non-acceptance to their children in the school environment. The purposes of this study were to find out how striving for superiority could be conducted by the terrorist families and how they strived to release from negative stigma. The research method used in this study was the qualitative method with exploratory approaching. Data analysis utilized was descriptive inductive technique which collated after recording process of special phenomena merged. Collecting the data used interviews which were held directly by the researchers in the family of terrorists. Based on this study, striving for superiority performed by terrorist family  is patiently, to accept what they are, and to disregard toward negative society stigma, the later asks them to open up themselves, to take care of social interaction with their neighborhood, and to commit social activities. Moreover, mental condition of the family deceased was affected by the amount of social support acquired from family or their surroundings.Keywords
Full Text:
PDFReferences
Asiyah, A. (2016). Studi literatur: Pendekatan induktif untuk meningkatkan kemampuan generalisasi dan Self Confident siswa SMK. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika, 2 (1), 1–12
Boeree, G. (2004). Personality Theories; Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismasophie
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Indonesia
Lestari, Rini, & Purwati. (2002). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Tingkah Laku Coping. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Indigenous, 6 (1), 52-58
Mubarak, Z. (2012). Fenomena Terorisme di Indonesia: Kajian Aspek Teologi, Ideologi dan Gerakan. Salam Jurnal Studi Masyarakat Islam, 2
Mulyana, T.S.,, Jimmy, Y. (2016). Definisi Terorisme: Pandangan Matakin Berkaitan Dengan Definisi Terorisme. http://www.spocjournal.com/hukum/563-definisi-terorisme-pandangan-matakin-berkaitan-dengan-definisi-terorisme.html. Diakses, senin 23 Januari 2017.
Sucipto. (2012). Bullying Dan Upaya Meminimalisasikannya. Jurnal Psikopedagogia, 1 (1)
Sujoko, & Yuniati, R. (2016). Analisis Perilaku “Striving For Superiority†Pada Siswa Yang Tidak Lulus Ujian Nasional. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 8 (2), 71-84.
Widyanto, P. (2013). Hubungan antara dukungan sosial dengan stress kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Muhamamdiyah Surakarta.
Wiyarso, E. (2011). Pengembangan model internalisasi nilainilai pendidikan agama sebagai upaya untuk menangkal potensi terorisme dan gejala disintegrasi bangsa. Jurnal Penelitian Humaniora, 16 (1), 76-93.
Solahudin (2016). Kasus-kasus terorisme di Indonesia./ https://arrahmahnews.com/2016/05/26/ada-260-kasus-teroris-di-indonesia-dan-lebih-dari-1000-orang-ditangkap. Diakses, senin 23 Januari 2017.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.