PENGARUH BUSANA TERHADAP GERAKAN TARI OLEG TAMULILINGAN
(1) Universitas Negeri Surabaya, Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Abstract
Tari Oleg Tamulilingan merupakan  salah satu warisan nusantara yang muncul di pulau Bali pada tahun 1950-an. Tari ini eksis sampai sekarang karena balutan busananya yang menarik sehingga beberapa teba gerak dipengaruhi oleh balutan busana tersebut, yang memberikan kesan feminim dan maskulin. Kain yang menjulur ke belakang di sela-sela kaki kanan dan kaki kiri, rambut panjang yang berjuntai ke bawah, oncer yang bergelayut di pinggang sebelah kanan dan sebelah kiri, memberikan kesan lemah gemulainya gerakan tari.  Langkah kaki untuk bisa berjalan napak dengan tempo yang pelan dan berjalan jinjit dengan tempo yang cepat sangat dipengaruhi oleh disain kain yang menjulur ke belakang sepanjang 1 meter yang melewati di antara kaki kanan dan kaki kiri.Tari ini menggambarkan percintaan sepasang kumbang yang sedang mengisap sari atau bunga. Sepasang penari putra dan putri merealisasikan tari ini dengan balutan busana yang indah dan gerakan-gerakan yang menarik. Kedinamisan gerak dari sepasang penari  ini juga bisa dilihat dari tempo yang dimainkan seperti cepat, sedang, dan lambat. Tari ini selalu tampil di hotel-hotel atau di beberapa tempat pariwisata yang ada di Bali untuk menghibur wisatawan dan wisatawati yang berkunjung ke Bali.
Â
Oleg Tamulilingan dance is one of Indonesian archipelago heritages, which originated in Bali Island in the 1950-s. The dance has been existing up to this present. The dancers wear alluring costumes and the costumes influence the dancers’ dance movement, either feminine or masculine movement. The cloth extending backward between right and left feet, long hair elongating downward, oncer slinging round the right and left waists, giving its suave dance movement. The footsteps to walk on sole in a slow tempo and on tiptoe in a quick tempo is really influenced by cloth design extending backward of 1 meter long between the right and left feet. This dance portrays a love romance between a couple of bees, which were sucking nectars. A couple of male and female dancers communicate this dance by their appealing costumes and movement. The dynamic movement of the dancers could also be noticed from its tempo. This dance is always performed in hotels and several tourism sites in Bali to entertain visitors to Bali.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bandem, I Made dan I wayan Dibia. 1982. Pengembangan Tari Bali. Denpasar: Proyek Pengembangan ASTI.
----------. 1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar: ASTI.
----------.1996. Etnologi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius.
Djelantik,A.A.M. 1992.Ilmu Estetika Jilid II Falsafah Keindahan dan Kesenian. Denpasar:STSI.
Harymawan.1993. Dramaturgi.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwadarminta, W.J.S. 1966.Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Smith, Jacquline. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalasti.
Sika, I Wayan.1983. Ragam Hias Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.