Faktor Risiko Kejadian Autisme (Studi di Kota Semarang)

Main Article Content

Ningrum Pangestu
Arulita Ika Fibriana

Abstract

Autisme merupakan suatu kelainan perkembangan otak dengan ciri berupa hambatan interaksi sosial baik verbal maupun non-verbal. Data dari BP-DIKSUS menunjukkan Kota Semarang mempunyai jumlah siswa autisme tertinggi ketiga di Jawa Tengah, 44 anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian autisme di Kota Semarang. Jenis penelitian yaitu survei analitik dengan desain kasus-kontrol. Sampel berjumlah 90 orang dengan 45 kasus dan 45 kontrol yang diambil dengan cara purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat asfiksia (p=0,000), usia ibu (p=0,006), usia ayah (p=0,021), riwayat penggunaan obat antidepresan (p=0,006), riwayat stres ibu hamil (p=0,003), jumlah kehamilan (p=0,033), jenis kelamin anak (p=0,030), riwayat pemberian MP-ASI pada anak sebelum usia 6 bulan (p=0,003), riwayat pendarahan maternal (p=0,020) dan riwayat infeksi ibu hamil (p=0,006) berhubungan dengan autisme. Sedangkan berat lahir, metode persalinan, riwayat paparan asap rokok pada ibu hamil dan ras ibu tidak berhubungan dengan autisme (p>0,05). Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor risiko kejadian autisme di Kota Semarang pada tahun 2016 yaitu mempunyai riwayat asfiksia, usia ibu >30 tahun, usia ayah >35 tahun, pernah menggunakan obat antidepresan, mengalami stres tinggi saat hamil, kehamilan kedua/seterusnya, anak berjenis kelamin laki-laki, diberi MP-ASI sebelum usia 6 bulan, mengalami pendarahan maternal dan mengalami infeksi saat hamil.


Kata Kunci: Autisme, faktor risiko


Autism is neurodevelopmental disorder characterized by impaired social interaction. Data from BP-DIKSUS shows that number of autism students in Semarang in 2016 is third highest in Central Java, 44 childs. The purpose of this research is to analyze risk factors of autism in Semarang. Type of this research is analitical survey with case-control design. Total sampels are 90 peoples with 45 case and 45 control which taken by purposive random sampling metodh. The result show that history of asphyxia (p=0,000), mother’s age at delivery (p=0,006), father’s age at delivery (p=0,021), history of antidepressant use (p=0,006), history of maternal stress (p=0,003), number of pregnancy (p=0,033), child’s sex (p=0,030), history of infant food giving before 6 months (p=0,003), history of maternal bleeding (p=0,020) and history of maternal infection (p=0,006) had associated with autism. But birth weight, mode of delivery, history of maternal smoke exposure and mother’s race are not associated with autism (p>0,05). It can be concluded that risk factors of autism in Semarang are asphyxia, mother’s age at delivery >30 years old, father’s age at delivery >35 years old, used antidepressant, high maternal stress, second or more pregnancy, male, given infant food before 6 months, maternal bleeding and infection.


Keywords: Autism, risk factors

Article Details

How to Cite
Pangestu, N., & Fibriana, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Autisme. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 1(2), 141-150. Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/higeia/article/view/14019
Section
Articles