KAJIAN PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF MAKANAN (PEMANIS DAN PEWARNA) PADA KUDAPAN BAHAN PANGAN LOKAL DI PASAR KOTA SEMARANG

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Finisa Bustani Karunia

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan dari penggunaan pemanis dan pewarna yang digunakan pada kudapan bahan pangan lokal yang ada di pasar Kota Semarang. Populasi dari penelitian ini yaitu kudapan dari bahan pangan lokal yang berasa manis dan berwarna yang ada di pasar tradisional Kota Semarang. Sampel yang dipilih dengan teknik sampel wilayah dan sampel bertujuan maka didapat sampel berjumlah 8 kudapan, yaitu kue sentiling dan getuk lindri berwarna merah dari pasar Bulu, getuk lindri berwarna hijau dari pasar Johar, kue ketan biru dan wajik dari pasar Karangayu, kue ku dan klepon dari pasar Ngaliyan, getuk ubi jalar dari pasar Banyumanik. Dengan uji laboratorium metode rsorsinaol untuk pemanis sakarin, metode  pengendapan untuk pemanis siklamat, dan metode kromotografi kertas menggunakan benang wol untuk pewarna. Dengan analisis deskriptif, hasil yang didapat menunjukan pada pemanis semua sampel kudapan tidak menggunakan penamis buatan berupa sakarin dan siklamat, dengan demikian diperkirakan menggunakan pemanis alami berupa gula pasir dan gula merah. Pada pewarna menggunakan pewarna Tartrasine dan Brilliant Blue terdapat pada kue ku, klepon, ketan biru atau ketan enten-enten, getuk lindri yang berwarna hijau, dan getuk ubi jalar. Pada kudapan getuk lindri berwarna merah menggunakan pewarna Carmoisine, kudapan sentiling menggunakan pewarna Erytrosin, dan kudapan getuk lindri merah menggunakan pewarna Ponceau 4R. Jenis pewarna yang digunakan merupakan pewarna yang diperbolehkan penggunaannya untuk makanan menurut PERMENKES No 722/Menkes/Per/IX/1988.

This study aims to determine the safety of using the sweeteners and dyes that be used in the local snack food was available in market city of Semarang. The population of this research is a snack of local food who has sweet and various colour in the Semarang traditional market. Samples were selected by area probability sampling techniques and purposive sample then obtained samples are 8 snack, the sentiling and red getuk lindri of the Bulu market, green getuk lindri of Johar market, wajik and ketan biru from the Karangayu market, kue ku and klepon Ngaliyan markets, getuk ubi jalar from the Banyumanik market. The rsorsinaol laboratory methods to  test sweetener saccharin, the depositionmethodforcyclamate sweeteners, and kromatografi paper thin layer to test the dye. The results from descriptive analysis, were showed that all snack samples not use the saccharin and cyclamate sweeteners. the sampel are use Tartrasine and Brilliant Blue present in kue ku, klepon, ketan biru, green getuk lindri, and getuk ubi jalar. The red getuk lindri using Carmoisine, sentiling snack using  Erytrosin and red getuk lindri using Ponceau 4R. The types of dyes used are dyes that are permitted by Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/1988.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

References

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Renika Cipta.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesi]. 1985. Peratutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tentang Zat Pewarna Tertentu Yang Dinyatakan Berbahaya. Jakarta
Ika Kurniawati Y. 2009. Mengenal Zat Adiktif Makanan. Jakarta : Sinar Cemerlang
Indra Chahaya S. 2003.Bahan Tambahan Makanan, Manfaat dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Info Kesehatan, Maret 2003
Indrie Ambarsari, Qanytah & Sarjan. Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan Pada Produk Pangan. Warta penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004
Retno Lestari A. 2012. Bahan Kimia Berbahaya Pada Makanan (Tartazine).http://retno-ani-lestari.blogspot.com. Diakses 30 september 2012, Pkl.15:17 WIB.
Siti Fatonah. 2005. Higien dan Sanitasi Makanan. Semarang : UNNES press
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Usmiati S. dan Yuliani. Pemanis Alami dan Buatan untuk Kesehatan. 2004. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 10 (1): 13 – 17.