Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fantasi Melalui Strategi Joyfull Learning untuk Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
Abstrak
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran menulis cerita fantasi, mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis cerita fantasi, dan mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita fantasi dengan menggunakan strategi pembelajaran joyfull learning melalui. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis cerita fantasi dan strategi pembelajaran joyfull learning. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan teknik tes dan teknik nontes yang terdiri atas observasi, jurnal guru, jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi foto. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil tes sebesar 8,51%, dari 75,16 pada siklus I menjadi 83,67 pada siklus II. Selain itu, proses pembelajaran dan perilaku siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan percaya diri.
Kata kunci: strategi joyfull learning, keterampilan menulis dan cerita fantasi
Abstract
The purpose of this research is to describe the improving of learning procces of fantasy story, to describe the improving of writing skill of fantasy story, an to describe the changing of behavior of the seventh-B grade students of SMP 7 Semarang in the learning of writing skill of fantasy story with joyfull learning strategies. The procedure of this research is classroom action research with two cycles. The technique of collecting data uses test and nontest, consist of observation, teacher journal, students journal, interview, and photos. The result of this research shows that there is improving score of test is 8,51%, from 75,16 in the cycle 1 increase to 83,67 in the cycle 2. The learning process and the behavior of students show that they more active, creative, and confidence.
Keyword : joyfull learning strategies, writing skill, and fantasy story
Article Details
Laily Nur Zahrina, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULISTEKS CERITA FANTASI MELALUI STRATEGI JOYFULL LEARNING UNTUK SISWA KELAS
VII B SMP NEGERI 7 SEMARANG
Laily Nur Zahrina, U’um Qomariyah
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia.
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran menulis cerita fantasi, mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis cerita fantasi, dan mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita fantasi dengan menggunakan strategi pembelajaran joyfull learning melalui. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis cerita fantasi dan strategi pembelajaran joyfull learning. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan teknik tes dan teknik nontes yang terdiri atas observasi, jurnal guru, jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi foto. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil tes sebesar 8,51%, dari 75,16 pada siklus I menjadi 83,67 pada siklus II. Selain itu, proses pembelajaran dan perilaku siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan percaya diri.
Kata kunci: strategi joyfull learning, keterampilan menulis dan cerita fantasi
Abstract
The purpose of this research is to describe the improving of learning procces of fantasy story, to describe the improving of writing skill of fantasy story, an to describe the changing of behavior of the seventh-B grade students of SMP 7 Semarang in the learning of writing skill of fantasy story with joyfull learning strategies. The procedure of this research is classroom action research with two cycles. The technique of collecting data uses test and nontest, consist of observation, teacher journal, students journal, interview, and photos. The result of this research shows that there is improving score of test is 8,51%, from 75,16 in the cycle 1 increase to 83,67 in the cycle 2. The learning process and the behavior of students show that they more active, creative, and confidence.
Keyword : joyfull learning strategies, writing skill, and fantasy story
PENDAHULUAN
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Adanya penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi. Menurut Rosidi (2009:3) menulis adalah salah satu bentuk berpikir, yang juga merupakan alat untuk membuat orang lain atau pembaca berpikir. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tarigan (2013: 15) yang menyatakan bahwa menulis diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Dengan menulis, siswa mampu mengonstruk berbagai ilmu atau pengetahuan yang dimilikinya dalam sebuah tulisan, baik dalam bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, berita, cerpen, puisi dan sebagainya.
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu memahami dan dapat mengungkapkan beberapa hal yang mereka tangkap, gagasan, pendapat, pesan dan perasaan dalam bentuk tertulis. Salah satu kompetensi dasar menulis yang terdapat di dalam kurikulum bahasa Indonesia Sekolah Menengah pertama (SMP) adalah menulis teks cerita fantasi sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan. Teks cerita fantasi adalah cerita fiksi bergenre prosa yang isinya menceritakan hal-hal di luar nalar manusia dan terbentuk dari fantasi penulis.
Menurut Nurgiyantoro (2010:295) cerita fantasi adalah cerita yang menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi bersifat fiktif (bukan kejadian nyata), tetapi dapat diilhami oleh latar nyata atau objek nyata dalam kehidupan dan diberi fantasi (Kemendikbud 2016:51). Dikatakan fantasi karena isi dari ceritanya memaparkan suatu peristiwa yang dirangkai oleh pengarang dengan menggunakan daya khayal sehingga dapat merangsang imajinasi para pembaca dan menarik minat pembaca. Selain itu, cerita fantasi juga dapat merangsang daya pikir kreatif para peserta didik.
Dalam menulis teks cerita fantasi, orientasi ditujukan pada penyajian berbagai kemungkinan penafsiran tentang kehidupan, menceritakan sesuatu yang bukan sebagaimana terjadi di bumi ini, tetapi sebagaimana dibayangkan atau dikhayalkan untuk terjadi. Selain itu, dibutuhkan imajinasi atau khayalan penulis. Hal ini sesuai dengan karakter siswa yang berusia tujuh hingga sebelas tahun, yang berada dalam masa perkembangan intelektual tahap operasional konkret. Pada masa ini, siswa mulai dapat mengembangkan imajinasi ke masa lalu dan masa depan (Zulela, 2013: 53). Dengan pembelajaran menulis cerita fiksi, menjadi langkah awal bagi siswa untuk mengetahui cara mengembangkan imajinasi dan menuangkannya dalam bahasa tulis yang berbentuk sebuah teks cerita fantasi. Pembelajaran menulis teks cerita fantasi sangat penting, namun berdasarkan realita sebagian besar siswa mengalami kendala dalam penerapannya. Salah satu sekolah yang mengalami kesulitan pada pembelajaran menulis teks cerita fantasi adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang.
Berdasarkan pengamatan yang pernah peneliti lakukan di kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang, menunjukkan bahwa sebagian siswa mengalami kendala dalam memproduksi teks cerita fantasi. Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebabnya. Faktor tersebut antara lain, pertama proses pembelajaran yang terjadi di kelas masih monoton. Dalam kasus ini, guru kurang variatif dalam memilih metode pembelajaran sehingga siswa merasa bosan, tidak termotivasi dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran menulis teks cerita fantasi. Proses belajar yang demikian kurang mendapatkan hasil maksimal karena guru tidak memberikan bimbingan menulis teks cerita fantasi.
Kedua, pembelajaran menulis kreatif teks cerita fantasi sering dianggap tidak menarik oleh sebagian siswa. Minat siswa dalam menulis sangat rendah, karena banyaknya siswa yang beranggapan bahwa menulis merupakan hal yang sangat sulit. Siswa merasa enggan belajar menulis khususnya menulis teks cerita fantasi karena mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut diantaranya kesulitan dalam menentukan tema cerita, kesulitan dalam memperoleh ide dan mengembangkannya menjadi sebuah cerita. Selain itu, siswa juga merasa jenuh dengan penjelasan teori yang diberikan oleh guru sehingga berpengaruh pada motivasi siswa dalam menulis. Kurangnya motivasi dan ketertarikan tersebut sangat berpengaruh pada pengembangan kreativitas dan imajinasi siswa dalam menulis teks cerita fantasi.
Melihat fenomena tersebut, kegiatan menulis belum terlaksana seperti yang diharapkan. Untuk kemampuan berbahasa Indonesia, terutama kemampuan menulis, diperlukan sebuah strategi yang dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan strategi Joyfull Learning (pembelajaran yang menyenangkan).
Salirawati (dalam Fatoni, 2016:57) mengatakan bahwa saat ini di berbagai negara sedang trend dan semangat mengembangkan Joyful Learning dan Meaningful Learning, yaitu dengan menciptakan kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak didik menjadi betah di kelas karena pembelajaran yang dijalani menyenangkan dan bermakna. Penggunaan strategi pembelajaran ini akan membantu guru dan siswa untuk bersikap kreatif, berpikir kritis, memiliki kepekaan, serta lebih mempertajam daya pikir dan imajinasi siswa.
Menurut Asmani (2011) Joyful Learning merupakan suatu proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang dapat membuat peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses pembelajaran yang dibuat oleh guru. Pembelajaran ini mengharuskan guru untuk menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan menarik sehingga dapat merangsang peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Umami (2016), pembelajaran yang menyenangkan (joyfull) dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. Ketika peserta didik memiliki antusias dan persepsi yang menyenangkan selama proses pembelajaran, motivasi belajar mereka akan meningkat dan prestasi belajar mereka akan menjadi baik. Selain itu pembelajaran Joyfull Learning memiliki pengaruh yang sangat bagus terhadap respons belajar siswa.
Strategi pembelajaran Joyful Learning harus memiliki konsep bahwa pembelajaran yang dilakukan harus berpusat pada siswa dan bersifat menyenangkan (Astrian et.al., 2013), sehingga selama proses pembelajaran berlangsung siswa diarahkan untuk dapat terlibat aktif dan memegang peran penting dalam pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru. Selain itu, kedua unsur tersebut harus ada dalam strategi pembelajaran ini karena dapat menjadikan suatu motivasi positif kepada siswa untuk dapat belajar secara mandiri, dan tanpa beban. Adanya rasa menyenangkan dalam model pembelajaran ini dapat menjadikan siswa memiliki dorongan untuk selalu ingin tahu dan berusaha mencari tahu.
Adapun hal–hal yang harus diperhatikan dalam penerapan strategi pembelajaran Joyfull Learning menurut Catharinacatur (2008) antara lain berkaitan dengan sifat yang dimiliki siswa, pengenalan siswa secara perseorangan, pemanfaatan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar, pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan pemecahan masalah, pengembangan ruang kelas yang menyenangkan serta pemanfaatan lingkungan sebagai sarana dan sumber belajar.
Menurut Shyrijo (2008) strategi pembelajaran Joyfull Learning memiliki langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : (1) tahap persiapan. Tujuan dari tahap persiapan antara lain (a)mengajak siswa keluar dari mental yang pasif (b)menyingkirkan rintangan belajar (c)merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa (d)memberikan perasaan positif kepada siswa (e)mengondisikan siswa aktif tergugah untuk berfikir, belajar, menciptakan dan tumbuh (f)mengajak siswa dari keterasingan dan masuk ke dalam komunitas belajar.Dengan adanya hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan atau yang diinginkan.Dalam tahapan ini peran guru adalah memotivasi siswa agar dapat keluar dari perasaan takut dan tertarik dengan pembelajaran. (2) Tahap penyampaian : dalam tahap ini peran guru dititikberatkan pada penyampaian materi awal yang dapat menarik perhatian siswa. Materi diarahkan dengan pendekatan contextual learning artinya materi belajar dikaitkan dengan kejadian nyata yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa dan diasosiasikan dengan apa yang telah diketahui siswa. (3) Tahap pelatihan :pada tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Semua hal yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan siswalah yang menciptakan pembelajaran. Dalam tahap pelatihan pembelajaran dibuat semenarik mungkin. Misalnya dengan kuis, permainan ataupun menggunakan media pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran. Dalam tahap ini peran guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Selebihnya proses pembelajaran berpusat pada siswa. Selain itu juga siswa diarahkan untuk memperoleh pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. (4) Teknik Penutup : teknik penutup yang baik adalah guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah diterima siswa, dilanjutkan dengan menyimpulkan pembelajaran bersama dengan siswa.
Adapun penelitian strategi pembelajaran Joyfull Learning sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut sebagian besar bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Penelitian tentang menulis yang dikaji yaitu penelitian Sundari (2011), Temizkan (2011), Dinarti (2013), Hue Lin (2014), Smith (2015) dan Laila (2018), penelitian tentang teks cerita fantasi yang dikaji adalah penelitian Aghittara (2016), (Cahyani, 2017; Fajria, 2017; Febriyanti, 2017; Kumalasari, 2017; dan Rismasellia, 2017) dan (Kapitan, 2018; dan Ningrum, 2018) sedangkan untuk strategi Joyfull Learning peneliti mengkaji penelitian Khoiriati (2013), Permatasari (2014), (Latief, 2015; Pramesthi, 2015; dan Widyastuti, 2015), dan (Fajri, 2016; Fatoni, 2016).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian ini terdapat dua siklus yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis teks cerita fantasi siswa. Siklus I ini sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II, sedangkan siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis siswa setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan,tindakan, observasi, dan refleksi.Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks cerita fantasi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang.Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu keterampilan menulis teks cerita fantasi dan strategi pembelajaran Joyfull Learning.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes uji petik produk menulis teks cerita fantasi. Tes ini digunakan untuk menguji tingkat keterampilan menulis teks cerita fantasi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran joyfull learning sedangkan instrumen nontes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa selama pembelajaran menulis teks cerita fantasiberlangsung. Instrumen nontes ini berupa lembar observasi, jurnal siswa, jurnal guru, lembarwawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil tes menulis teks cerita fantasi pada siklus I dan II. Hasil perhitungan dari tiap-tiap siklus kemudian dibandingkan antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil nontes yaitu observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian terbagi atas dua bagian, yaitu hasil penelitian siklus I dan siklus II. Pembahasan kedua siklus tersebut terdiri atas pembahasan mengenai proses pembelajaran, peningkatan keterampilan menulis teks cerita fantasi, dan perubahan perilaku siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran joyfull learning pada siklus I dan siklus II berupa hasil tes dan nontes. Hasil penelitian merujuk pada perolehan skor yang dicapai siswa saat pembelajaran menulis teks cerita fantasi. Aspek yang dijadikan penilaian dalam tes, yaitu (1) orientasi; (2) komplikasi; (3) resolusi; (4) penggunaan bahasa dan (5) pengembangan cerita. Pembahasan hasil nontes didasarkan pada lima instrumen yang digunakan, yaitu observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi foto.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran joyfull learning dilakukan dalam dua siklus. Proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II hampir sama. Proses pembelajaran pembelajaran pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I.
Proses pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning pada siklus I terdiri atas beberapa tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan awal pada pendahuluan didahului dengan salam pembuka dan berdoa bersama. Siswa mempersiapkan alat tulis sementara guru mempresensi siswa. Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran teks cerita fantasi dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, siswa menyimak penjelasan guru. Guru menanamkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa dengan memutarkan video yang berjudul “Kisah Empat Lilin†agar termotivasi untuk berusaha dengan maksimal.. Siswa menyimpulkan isi video â€Kisah Empat Lilinâ€. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran menulis teks cerita fantasi. Siswa menyimak penjelasan guru dengan baik, akan tetapi ada beberapa siswa yang masih bercanda dengan temannya.
Pada kegiatan inti diawali menyimak video singkat “Alice in the Wonderland†untuk memancing imajinasi siswa. Kemudian, guru mengulas kesulitan yang dialami siswa pada latihan menulis teks cerita fantasi siswa, siswa bertanya jawab dengan cukup baik mengenai hal-hal yang belum dipahami, beberapa siswa berani menjawab dan bertanya kepada guru mengenai kesulitan dalam menulis teks cerita fantasi. Selanjutnya, siswa diajak untuk bermain “Siapa Cepat Dia Dapat†dan “Rangkai Gambarâ€. Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa. Siswa secara individu menulis teks cerita fantasi secara kreatif sesuai struktur dan kaidah kebahasaan berdasarkan tema/gambar yang diterima dengan antusias. Setelah siswa selesai menulis teks cerita fantasi, guru meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil pekerjaan mereka. Keaktifan siswa untuk memaparkan hasil menulis teks cerita fantasi cukup baik, banyak siswa yang sebelumnya pasif menjadi aktif. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap pekerjaan temannya. Guru memberikan tanggapan dan penilaian kepada hasil pekerjaan siswa. Pada kegiatan penutup siswa bersama guru menyimpulkan materi menulis teks cerita fantasi dengan antusias. Siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning dengan baik dan tenang.
Pembelajaran pada siklus I juga diterapkan pada siklus II. Kegiatan awal didahului dengan salam pembuka dan berdoa bersama. Siswa mempersiapkan alat tulis sementara guru mempresensi siswa. Suasana kelas pada awal pembelajaran sangat tenang. Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran teks cerita fantasi dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Guru menanamkan rasa percaya diri pada siswa dengan memutarkan video yang berjudul “Cita-Cita Setinggi Tanahâ€. Siswa menyimak video “Cita-Cita Setinggi Tanah†agar termotivasi untuk berusaha dengan maksimal dengan tenang dan antusias. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran menulis teks cerita fantasi. Siswa menyimak penjelasan guru dengan baik dan kondusif. Siswa bersama guru mengulas terlebih dahulu kesulitan yang dialami siswa pada latihan sebelumnya dan mendiskusikan kesulitan serta membahas hasil menulis teks cerita fantasi siswa. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru mengajak siswa bermain “Siapa Cepat Dia Dapat†dan “Rangkai Gambarâ€. Selanjutnya guru membagikan media dan lembar kerja kepada masing-masing siswa. Siswa secara individu menulis teks cerita fantasi berdasarkan gambar yang didapatkan secara kreatif sesuai syarat-syarat teks cerita fantasi dengan berani dan percaya diri yang baik.
Setelah siswa selesai menulis teks cerita fantasi , guru meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil karya yang telah dibuat. Siswa sangat aktif dan percaya diri untuk menulis dan membacakan teks cerita fantasinya. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap pekerjaannya. Guru memberikan tanggapan dan penilaian kepada hasil pekerjaan siswa. Siswa bersama guru menyimpulkan materi menulis teks cerita fantasi dengan baik dan penuh percaya diri. Pada tahap penutup guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning. Pada kegiatan refleksi berlangsung terbangun suasana kondusif dan tingkat keaktifan siswa yang semakin baik. Siswa mengisi jurnal yang sudah disediakan oleh guru dengan kondusif dan jujur.
Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fantasi
Hasil menulis teks cerita fantasi yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 75,16 dan mengalami peningkatan pada siklus II, yaitu sebesar 83,67. Nilai rata-rata pada siklus II telah mencapai ketuntasan minimal, yaitu 75 dengan nilai rata-rata kelas 83,67. Oleh karena itu penelitian ini telah berhasil membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks cerita fantasi.
Tabel 1 Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fantasi Siklus I dan Siklus II
No.
Kategori
F
Siklus I
F
Siklus II
Jumlah nilai
Jumlah nilai
1.
Baik
24
1905
30
2510
2.
Cukup
0
0
0
0
3.
Kurang
6
350
0
0
Jumlah
30
2255
30
2510
Nilai rata-rata
75,16
83,67
Persentase
80 %
100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai rata-rata kelas tiap siklus. Nilai rata-rata kelas pada siklus I setelah mendapat tindakan dengan strategi joyfull learning 75,16 atau dalam kategori baik, sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 83,67 atau tergolong dalam kategori baik. Terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II setelah pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi Joyfull Learning. Peningkatan nilai rata-rata kelas dalam persentase sebesar 20% dari siklus I ke siklus II.
Perbandingan nilai tiap aspek setelah pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Teks Cerita Fantasi Tiap Aspek pada Siklus I dan Siklus II
No.
Aspek penilaian
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Jumlah nilai
(%)
Jumlah nilai
(%)
F
(%)
1.
Orientasi
108
90
115
95.83
7
5,83
2.
Komplikasi
64
53,33
91
75,83
27
22,5
3.
Resolusi
109
90,83
111
92,5
2
1,67
4.
Penggunaan Bahasa
91
75,83
98
81,67
7
5,84
5.
Pengembangan cerita
78
65
91
75,83
13
10,83
Jumlah
46,67
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 46,67% pada siklus II. Pada siklus II keterampilan menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada aspek orientasi terjadi peningkatan sebesar 5,83 dari 90% menjadi 95,83%. Pada aspek komplikasi terjadi peningkatan sebesar 22,5% dari 53,33% menjadi 75,83%. Pada aspek ketiga yaitu aspek resolusi mengalami peningkatan sebesar 1,67% dari 90,83% menjadi 92,5%. Pada aspek yang keempat yaitu aspek penggunaan bahasa mengalami peningkatan sebesar 5,84% dari 75,83% menjadi 81,67%. Aspek yang terakhir yaitu pengembangan cerita terjadi peningkatan 10,83% dari 68% menjadi 75,83%.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada siklus II tes menulis teks cerita fantasi siswa dalam kategori baik dan semua aspek menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi Joyfull Learning siswa sudah mencapai ketuntasan belajar.
Perubahan Perilaku
Perilaku siswa kelas VII B SMPN7 Semarang mengalami peningkatan ke arah positif pada siklus II. Pada siklus I masih dijumpai beberapa siswa yang menunjukkan perilaku negatif. Perilaku siswa saat proses pembelajaran diketahui melalui observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Setelah mengikuti pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajran Joyfull Learningsiswa mengalami peningkatan ke arah positif. Siswa tidak lagi malu bertanya apabila mengalami kesulitan. Siswa juga senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Berikut perubahan perilaku siswa VII B SMP Negeri 7 Semarang.
No.
Aspek yang diamati
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
F
%
F
%
F
%
1.
keantusiasan siswa saat mendengarkan penjelasan dari guru
22
73
28
93
6
20
2.
keaktifan siswa dalam merespon,bertanya, dan menjawab saat pembelajaran
25
83
27
90
2
7
3.
tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru
25
83
30
100
5
17
4.
keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran menulis teks cerita fantasi
22
73
27
90
5
17
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perubahan perilaku siswa dalam menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang termasuk dalam kategori baik. Aspek keantusiasan siswa saat mendengarkan penjelasan dari guru pada siklus I sebanyak 22 siswa atau sebesar 73% meningkat 20% menjadi 28 siswa atau sebesar 93% pada siklus II. Aspek keaktifan siswa dalam merespon, bertanya, dan menjawab saat pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning pada siklus I sebanyak 25 siswa atau sebesar 83% meningkat 7% menjadi 27 siswa atau sebesar 90% pada siklus II. Aspek ketiga yaitu aspek tanggungjawab siswa terhadap tugas menulis teks cerita fantasi yang diberikan oleh guru pada siklus I sebanyak 25 siswa atau sebesar 83% meningkat 17% menjadi 30 siswa atau sebesar 1000% pada siklus II. Aspek terakhir yaitu keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning pada siklus I sebanyak 22 siswa atau sebesar 73% meningkat 17% menjadi 27 siswa atau sebesar 90% pada siklus II.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning mampu mengubah perilaku siswa ke arah positif ketika mengikuti pembelajaran menulis teks cerita fantasi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang. Siswa senang dengan proses pembelajaran menulis teks cerita fantasi dan menjadi lebih bersemangat. Siswa juga aktif dan berani bertanya bila mengalami kesulitan menulis teks cerita fantasi.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian peningkatan keterampilan menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang, dapat peneliti simpulkan sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning mengalami peningkatan. (2) Hasil tes keterampilan menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning yang dilakukan pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang mengalami peningkatan. Aspek-aspek menulis teks cerita fantasi mengalami peningkatan serta mencapai ketuntasan dan semua siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. (3) Perubahan perilaku siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Semarang mengalami peningkatan ke arah positif dalam mengikuti pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan strategi pembelajaran Joyfull Learning.
DAFTAR PUSTAKA
Aghittara, Amanda O. 2016. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Fiksi Melalui Metode Eksplorasi Membaca Siswa Kelas IV B di Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Asmani, J.M. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) Menciptakan Metode Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jogjakarta: Diva Press
Astrian D. Hadisaputro, S. & Nurhayati. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Joyful Learning Berbantuan Media Dox-Card pada Materi Pokok Redoks.Jurnal Chemistry In Education. 2 (1) halaman: 1-7
Cahyani, Riya, Sarwindi Suwaji & Edy Suryanto. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Cerita Fiksi Berdasarkan Novel Melalui Penerapan Model Discovery Learning. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya.5 (1) halaman: 241-261
Catharinacatur. 2008. Joyfull Learning. Online. Tersedia di http://catharinacatur.wordpress.com/2008/10/15/joyful-learning/, (diakses 10-04-2018).
Dinarti, Dian. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Dengan Metode Peta Pikiran dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia: Skripsi. Universitas Negeri Tanjungpura
Fajri, Nurul, Anwar Yusuf dan Muhammad Nur. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dengan Strategi Joyful Learning terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII MTSN
Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah. 1 (1) halaman 98-109
Fajria, Najmi. 2018. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di KelasVII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta
Fatoni, Nur & Agus Nuryatin. 2016. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Joyfull Learning Melalui Media Puzzle Bermuatan Konservasi Alam Pada Siswa Kelas VII 4 SMP 1 Pegandon Kendal.Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5 (1) halaman: 56-63
Febriyanti, Anggie Lestantiya, Titik Harsiati & Taufik Dermawan (2017). Pengembangan Instrumen Asesmen Menulis Kreatif Cerita Fantasi untuk Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan, Teori dan Pengembangan.10 (2) halaman : 1399-1408
Hue Lin, dkk. 2014. Blogging A Journal: Changing Student Writing Skills and Perspections.ELT Journal, Oxford University Press. 68 (4)pp: 422-431
Kapitan, Yanner. Harsiati, Titik. Basuki, Imam Agus. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Pendidikan Karakter di Kelas VII: Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan. 3 (1) halaman: 100-106
Kumalasari, Ratih. Dawud dan Sunaryo. 2017. Wujud Kalimat Kompleks dalam Karangan Cerita Fantasi Siswa SMP Kelas VII. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan. 8 (2) halaman 1097-1106
Laila, Najmi. 2018. Penggunaan Metode Copy The Master dalamPembelajaran Menulis Karangan Narasi SiswaKelas VII MTSN 1 Kota Tangerang. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ningrum, Imas Tri. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Teknik Guided Writing untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fantasi Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jelbuk. Skripsi. Universitas Jember
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajahmada University Press
Kemendikbud. 2016. Bahasa Indonesia: SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud
Latief, Fajar Arief. 2015. Penerapan Strategi Pembelajaran Joyful Learning Berbantu dengan Humor untuk Meningkatkan PrestasiBelajar Akuntansi pada Kelas XI IPS 3 di MAN 2 MadiunTahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Permatasari, Aprilia Intan. Mulyani, Bakti. Nurhayati, Nanik D. 2014. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Joyfull Learning dengan Metode Pemberian Tugas terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Simo Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). 3 (1) halaman: 117-122
Pramesthi, Hida Nida. 2015. Penerapan Pendekatan Joyfull LearningDengan Metode Guided DiscoveryUntuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Dan Prestasi Belajar Pada Materi Hidrokarbon Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),4 (1) halaman: 204-210
Rismasellia, Eggy. 2017. Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Cerita Fantasi dan Hubungannya dengan Kemandirian Belajar Siswa KelasVII di SMP Negeri 1 Jatisari Kota Karawang. Tesis. Universitas Pasundan Bandung
Rosidi, Imron. 2009. Menulis... Siapa Takut?. Yogyakarta: PT Kanisius.
Shyrijo.2008. Penerapan Joyfull Learning pada Materi Perkalian Kelas II di MI Roudhotul Ikhsan Sukodono.Jurnal Pendidikan, 2 (1) halaman: 11-23
Smith, David Alan. 2015 Close To Home: Creating Meaningful Contexts For Student Writing Through Community-Based Problems. English Journal. 104 (5)pp: 66-72
Sundari. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasidalam Mata Pelajaran Bahasa IndonesiaMelalui Media Gambar Berseripada Siswa Kelas V MI Islamiyah Gunung 2Desa Gunung Kec. Simo Kab. Boyolali Tahun2011. Skripsi. STAIN Salatiga
Tarigan, H.G. 2013. Menulis. Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Temizkan, Mehmet. 2011. The Effect of Creative Writing Activities on The Story Writing Skill.Educational Science: Theory and Practice. 11 (1) pp : 933-939
Umami, M. Rizza. Utomo, Suryadi B., dan Ashadi. 2016. Pengaruh Media Infografis dan Poster Pada Pembelajaran Joyfull LearningTerhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kemampuan Logika Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI IPA Semester GasalSMA Negeri Gondangrejo Tahun Pelajaran 2015/2016.Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). 5 (3) halaman: 9-17
Widyastuti, Luki. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Joyful Learning Berbantuan Chempuzzle Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Materi Koloid Siswa SMAN 2 Kendal. Skripsi: UNNES
Zulela. (2013). Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di SekolahDasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya