Implementation of Minister of Environment Regulation Number 7 of 2014 in The Implementation of Additional Criminal For Corporations That Commit Environmental Crime Implementasi PERMEN-LH Nomor 7 Tahun 2014 dalam Penerapan Pidana Tambahan bagi Korporasi yang melakukan Tindak Pidana Lingkungan

Main Article Content

Nabil Abduh Aqil
Alvi Syahrin
Wessy Triana

Abstract

The implementation of PERMEN-LH Number 7 of 2014 as a legal basis for imposing additional penalties for corporations raises problems because the related regulations have weaknesses in implementation, such as: aspects of legal synchronization, overlapping authority, potential legal consequences in the form of lawsuits against unlawful acts and uncertainty in determining the extent of the affected area due to criminal acts that affect the amount of costs incurred by corporations as additional penalties. The purpose of this study is to find out and analyze To find out and analyze the implementation of the Minister of Environment Regulation Number 7 of 2014 in several environmental criminal cases. To find out and analyze the legal consequences in the Minister of Environment Regulation Number 7 of 2014 on the enforcement of environmental criminal law in Indonesia. Additional penalties as in Article 119 UUPPLH do not have detailed implementing rules regarding the mechanism of its application. PERMEN-LH Number 7 of 2014 which is often used by law enforcement officials in environmental cases has weaknesses such as: not in sync with Article 119 of Law Number 32 of 2009 concerning Environmental Protection and Management; there is an overlap of authority between the Ministry of Finance and the Ministry of Environment and Forestry in terms of environmental restoration; and lack of certainty in calculating the extent of the affected area due to criminal acts. The imposition of additional penalties in the form of repairs due to criminal acts that are converted into a sum of money in Decision Number 256 / Pid.sus / PN Rgt; Case Number: 37 / Pid.Sus-LH / 2018 / PN; Case Number 349 / PID.B-LH / 2019 / PN.Plw has not been able to provide protection for the environment because it is considered non-tax state revenue (PNBP), which is entirely deposited into the State Treasury, thus the funds cannot be used as restoration or environmental improvement funds

Article Details

How to Cite
Aqil, N. A., Syahrin, A., & Triana, W. (2024). Implementation of Minister of Environment Regulation Number 7 of 2014 in The Implementation of Additional Criminal For Corporations That Commit Environmental Crime. Ikatan Penulis Mahasiswa Hukum Indonesia Law Journal, 4(1), 119-146. https://doi.org/10.15294/ipmhi.v4i1.71244
Section
Articles

References

Adiyaksa, F., & Djojomartono, prijono nugroho. (2021). Hasil Studi Pola Kebakaran Lahan Gambut melalui Citra Satelit Sentinel-2 dengan Pengimplementasian Machine Learning Metode Random Forest: Kajian Literatur. Journal of Geospatial Information Science and Engineering, 4(1), 81–86. https://doi.org/10.22146/jgise.
Adhari, A. (2020). Pembaharuan Sistem Hukum Pelaksana Pidana. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Ali, Z. (2009). Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Alfikri. (2021). Kebijakan Penghapusan Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Lingkungan Hidup Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Eksekusi, 3(1), 1–17.
Ali, M. (2008). Penegakan Hukum Pidana Yang Optimal (Perspektif Analisis Ekonomi Atas Hukum). Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 15(2), 229–238. https://doi.org/10.20885/iustum.vol8.iss2.art6
Amania, N. (2020). Problematika Undang-Undang Cipta Kerja Sektor Lingkungan Hidup. Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum, 6(02), 209–220. https://doi.org/10.32699/syariati.v6i02.1545
Arfa, N. (2019). Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Dumping Limbah ke Media Lingkungan Hidup Tanpa Izin di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Muara Bulian. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 3(1), 112–120. https://doi.org/10.22437/jssh.v3i1.7139
Ariadica, A. A., & Sutrisno, E. (2021). Reposisi Kebijakan Pemulihan Lingkungan Hidup Terhadap Penambangan Ilegal Galian C. Hukum Responsif, 12(1), 73–85. https://doi.org/10.33603/responsif.v12i1.5027
Assidiq, H., Maskun, Siti Nurhaliza Bachril, & Al-Mukarramah, N. H. (2022). Analisis Putusan Pemulihan Lahan Gambut Akibat Aktivitas Pembakaran PT Kalista Alam di Kawasan Ekosistem Leuser. Jurist-Diction, 5(3), 917–938. https://doi.org/10.20473/jd.v5i3.35782
Atmadja, D. G. (2018). Asas-asas hukum dalam sistem hukum. In Kertha Wicaksana (Vol. 12, Issue 2). https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/kertawicaksana/article/view/721
Brata, T. A. (2022). Penggunaan scientific evidence dalam pembuktian perkara pidana lingkungan. Wasaka hukum, 10(2), 34-49.
Endri. (2022). Asas in Dubia Pro Natura dalam Sengketa Tata Usaha Negara Konsep dan Implementasinya. Puslitbang Hukum dan Peradilan Ditjen Badan Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara, 5, 117–136.
Edhyono, S. W. (2015). Pertanggungjawaban Korporasi dalam RUU KUHP. Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform.
Fisabillina, S. (2016). Penerapan Ketentuan Ambang Batas Baku Mutu Lingkungan Udara Dalam Pembuktian Tindak Pidana Lingkungan Akibat Kebakaran Hutan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, 6(2), 1–14.
Fadli, M. D. (2016). Hukum dan Kebijakan Lingkungan Hidup. Malang: UB Press.
Hanafi Amrani, D. (2017). Urgensi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Pola Pemidanaannya. Yogyakarta: Laporan Penelitian Kolaborasi Universitas Islam Indonesia.
Hantoro, N. M. (2010). Sinkronisasi dan Harmonisasi Pengaturan Mengenai Peraturan Daerah, Serta Uji Materi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029. Jakarta: P3DI Setjen DPR Republik.
Hiariej, E. O. (2009). Asas Legalitas & Penemuan Hukum Dalam Hukum Pidana. Jakarta: Erlangga.
Hikmahanto Yuwana. (2002). Bunga Rampai Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional. Jakarta: Lentera Hati.
Hevriansyah, A., Erliyana, A., & Tangkudung, A. G. (2021). Peran KLHK Dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Diluar Pengadilan. ADIL: Jurnal Hukum, 12(1).
Johar, O. A. (2021). Realitas Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1), 54. https://doi.org/10.31258/jil.15.1.p.54-65
Irawan, N., & Fadlia, F. (2022). Perspektif Pemerintah dan Dpr-Ri Dalam Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja Terhadap Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP USK, 7(1), 1–71.
Indrawan, S. d. (1978). Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen manajemen hutan fakultas kehutanan IPB.
Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional. (2016). Panduan Teknis Informasi Titik Panas Kebakaran Hutan/Lahan. Jakarta: Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional .
Lubis, S. (1989). Asas-Asas Nasional Di Bidang Hukum Tata Negara. In S. Lubis, Majalah Hukum (p. 65). Jakarta: Departemen Kehakiman.
M. Syarif, Laode, Dkk. (2018). Hukum Lingkungan: Teori, Legislasi dan Studi Kasus. Makassar: United States Agency for International Development (USAID).
Marzuki, P. M. (2010). Metode Penelitian Hukum . Jakarta: Prenada Media Kencana Grup.
Muladi dan N. Arief, Barda. (2005). Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni.
Nugroho, W. (2022). Buku Ajar Hukum Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Yogyakarta: Genta Publishing.
Marbun, B. (2021). Konsep Pemulihan dalam Pencemaran Lingkungan Hidup (Studi Pada Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 735/PDT.GLH/2018/PN.Jkt.Utr). LITRA: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria, 1(1), 91–100. https://doi.org/10.23920/litra.v1i1.545