Potensi Nagasari Formulasi Tepung Jagung dan Tepung Kacang Hijau sebagai Kudapan PMT-P Balita Stunting
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
ABSTRAK
Latar Belakang: Permasalahan gizi stunting yang terjadi pada kelompok usia balita dapat ditangani dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. Produk PMT-P yaitu nagasari dengan penambahan
tepung jagung, dan tepung kacang hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sifat organoleptik dan
kandungan gizi nagasari formulasi tepung jagung dan tepung kacang hijau. Metode: jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan percobaan merupakan Rancangan Acak Lengkap. Analisis uji organoleptik menggunakan uji Kruskal-Wallis. Sedangkan hasil uji kandungan gizi menggunakan uji Anova. Hasil: tingkat kesukaan nagasari formulasi tepung jagung dan tepung kacang hijau secara statistik mutu warna, aroma, rasa dan tekstur memiliki perbedaan bermakna. Hasil analisis data organoleptik menunjukkan terjadi perbedaan pada warna, aroma dan tekstur. Nagasari formulasi tepung jagung dan kacang hijau menunjukkan perbedaan kandungan energi, karbohidrat, serat kasar dan kadar air yaitu kandungan akan semakin turun jika semakin banyak tepung jagung dan kacang hijau. Sementara kandungan protein yang lebih tinggi daripada nagasari dengan tepung beras. Kesimpulan: nagasari formulasi 2 (F2) dengan konsentrasi 15% tepung jagung 7,5% tepung kacang hijau disukai secara keseluruhan. Sedangkan kandungan energi semua nagasari dalam penelitian masih perlu ditingkatkan supaya memenuhi syarat PMT-P. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan protein hewani dalam formulasi produk.
Kata Kunci : Jagung, Kacang Hijau, Nagasari, PMT-P, Stunting
ABSTRACT
Background: The problem of stunting nutrition that occurs in the under-five age group can be handled with
the provision of complementary feeding (PMT) Recovery. PMT-P products are Nagasari with the addition of
corn flour and mung bean flour. This study aims to measure the organoleptic properties and nutritional content
of Nagasari formulations of corn flour and mung bean flour. Methods: this type of research is an experimental design with a completely randomized design. Organoleptic test analysis using the Kruskal-Wallis test. While the results of the nutritional content test using the ANOVA test. Result: Nagasari’s level of preference for corn flour and mung bean flour formulations statistically had significant differences in the quality of color, aroma, taste and texture. The results of organoleptic data analysis showed differences in color aroma and texture. The Nagasari flour and mung bean formulations show differences in the energy content of corn, carbohydrates, crude fiber, and water content, i.e. the content will decrease if there is more corn flour and mung bean. While the protein content is higher than Nagasari with rice flour Conclusion: the formulation of Nagasari 2 (F2) with a concentration of 15% corn flour 7.5% mung bean flour was preferred overall. Meanwhile, the energy content of all Nagasari in the study still needs to be increased to meet the PMT-P requirements. Further research is needed with the addition of animal protein in product formulations.
Key words : Corn, Green Beans, Nagasari, PMT-P, Stunting
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
References
Afrianto, R., Restuhadi, F., & Zalfiatri, Y. (2017). Analisis Pemetaan Kesukaan Konsumen Pada Produk Bolu Kemojo Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Pertanian. Jom FAPERTA, 4, 1–15.
Amanah, S. (2015). Kualitas Dan Daya Terima Nagasari Padat Gizi Sebagai Makanan Anak Balita. Universitas Negeri Padang.
Augustyn, G. H., Tetelepta, G., & Abraham, I. R. (2019). Analisis Fisikokimia Beberapa Jenis Tepung Jagung ( Zea mays L .) Asal Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya Physicochemical Analysis of Several Corn Flour from Moa Island South West Moluccas Regency. Teknologi Pertanian, 8(2), 58–63. https://doi.org/10.30598/jagritekno.2019.8.2.58
Bakara, T. L. (2017). Uji Mutu Fisik Dan Mutu Kimia Kue Nagasari Dari Tepung Ubi Jalar Ungu Sebagai Pangan Fungsional. 6(1).
Bappeda, K. G. (2020). Hasil Analisis Situasi Prevalensi Stunting Di Kabupaten Grobogan. Diambil 3 Februari 2021, dari https:/bappeda.grobogan.go.id/dokumen/kajian-dan-penelitian/521-hasil-analisis-situasi-prevalensi-stunting-di-kab-grobogan-tingkat-kabupaten.
Disparbud. 2012. http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=756&lang==id
Febriana, A., Rachmawanti, D., & Anam, C. (2014). Evaluasi Kualitas Gizi, Sifat Fungsional, Dan Sifat Sensoris Sala Lauak Dengan Variasi Tepung Beras Sebagai Alternatif Makanan Sehat Evaluation Of Nutritional Quality, Functional Character, And Sensory Characteristic Of Sala Lauak With Different Variation. Teknosains Pangan, 3(2).
Herianto, P. N. (2017). Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Terhadap Kenaikan Berat Badan Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogomulyo Kabupaten Temanggung.
Indrianti, N., Kumalasari, R., Ekafitri, R., & Darmajana, D. A. (2013). Pengaruh Penggunaan Pati Ganyong, Tapioka, Dan Mocaf Sebagai Bahan Substitusi Terhadap Sifat Fisik Mie Jagung Instan. AGRITECH, 33(4), 391–398.
Istinganah, M., Rauf, R., & Widyaningsih, E. N. (2017). Tingkat Kekerasan Dan Daya Terima Biskuit Dari Campuran Tepung Jagung Dan Tepung Terigu Dengan Volume Air Yang Proporsional. Kesehatan, 10(2), 83–93.
Izwardy, D. (2019). Kebijakan Dan Strategi Penanggulangan Stunting Di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2011). Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan). Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 1–40.
Kemenkes RI. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Larasati, D. (2016). Perbandingan Tepung Beras Ketan Putih (Ci Asem) Dengan Tepung Beras Ketan Hitam (Setail) Dan Konsentrasi Buah Murbei (Morus Nigra.L) Terhadap Karakteristik Opak Ketan Hitam.
Lestari, E., Kiptiah, M., & Apifah. (2017). Karakterisasi Tepung Kacang Hijau Dan Optimasi Penambahan Tepung Kacang Hijau Sebagai Pengganti Tepung Terigu Dalam Pembuatan Kue Bingka Ema. Teknologi Agro-Industri, 4(1), 20–34.
Lestari, E., Kiptiah, M., & Arifah. (2017). Karakterisasi Tepung Kacang Hijau Dan Optimasi Penambahan Tepung Kacang Hijau Sebagai Pengganti Tepung Terigu Dalam Pembuatan Kue Bingka. Jurnal Teknologi Agro-Industri, 4(1), 20–34.
Negara, J. K., Rifkhan, Oktaviani, A. Y., Wihansah, R. R. ., & Yusuf, M. (2016). Aspek Mikrobiologis serta Sensori ( Rasa , Warna , Tekstur , Aroma ) pada Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan ISSN 2303-2227, 04(2), 286–290.
Nurhidajah, Wasyima, & Wulandari, N. (2010). Kajian Teknologi Pembuatan Tepung Kacang Hijau Instan Dan Sifat Fisik ( Study on Cooking Technology Instant of Mung Bean Flour and Physical Characteristics ). Pangan dan Gizi, 01(01).
Permadi, M. R., Oktafa, H., & Agustianto, K. (2018). Perancangan sistem uji sensoris makanan dengan pengujian peference test (hedonik dan mutu hedonik), studi kasus roti tawar, menggunakan algoritma radial basis function network. Mikrotik, 8(1), 29–42.
Provinsi Jawa Tengah, D. K. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, andini oktaviana, & Anggraini, L. (2018). Study Guide - Stunting Dan Upaya Pencegahannya (1 ed.; Hardianor, Ed.). Banjarbaru: Peneribit CV Mine.
Rios, S. D. A., Cristina, M., Paes, D., & Cardoso, W. S. (2014). Color of Corn Grains and Carotenoid Profile of Importance for Human Health. American Journal of Plant Sciences, 5(March), 857–862. https://doi.org/10.4236/ajps.2014.56099
Rukmi, I. S. A. (2009). Kadar Serat, Kadar Kalsium, Tekstur Dan Organoleptik Produk Ekstrusi Jagung Dengan Substitusi Kacang Merah.
Saragih, M. R. B. (2016). Komposisi Tepung Jagung (Zea Mays L) Dan Tepung Tapioka Dengan Penambahan Daging Ikan Patin (Pangasius. Sp) Terhadap Karakteristik Mi Jagung. Universitas Pasundan.
Sharif, M. K., Sharif, H. R., Butt, M. S., & Nasir, M. (2017). Sensory Evaluation and Consumer Acceptability. (October).
Suarni. (2009). Prospek Pemanfaatan Tepung Jagung Untuk Kue Kering ( Cookies ). Litbang Pertanian, (274), 63–71.
Suarni dan Muh, Y. (2011). Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan, 6(1), 41–56.
Sumarto, Aprianty, D., Bachtiar, R. ., & Kristiana, L. (2018). Organoleptic characteristics and nutritive value estimation of baked food products from Manonjaya variety salacca flour Organoleptic characteristics and nutritive value estimation of baked food products from Manonjaya variety salacca flour. International Symposium on Food and Agro-biodiversity (ISFA).
Sutanti, M. E. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Menu Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) Penyuluhan Dalam Kegiatan Posyandu Di Puskesmas Kaladawa Kabupaten Tegal. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Universitas Negeri Semarang.
Tarwendah, I. P. (2017). Jurnal Review : Studi Komparasi Atribut Sensoris Dan Kesadaran Merek Produk Pangan Comparative Study of Sensory Attributes and Brand Awareness in Food Product : A Review. Pangan dan Agroindustri, 5(2), 66–73.
TKPI. (2018). Tabel komposisi pangan indinesia 2017. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Utafiyani, Yusasrini, N. L. A., & Ekawati, I. G. A. (2018). Pengaruh Perbandingan Tepung Kacang Hijau (Vigna Radiata) Dan Terigu Terhadap Karakteristik Bakso Analog. ITEPA, 7(1), 12–22.
WHO. (2010). Interpretation Guide. world Health Organization.
Widyawati, P. S., Suteja, A. M., Suseno, T. I. P., Monika, P., Saputrajaya, W., & Liguori, C. (2014). Pengaruh Perbedaan Warna Pigmen Beras Organik Terhadap Aktivitas Antioksidan Effect Effect of Pigment Color Difference in Organic Rice on Antioxidant Activity. AGRITECH, 34(4), 399–406.
Yuniyanti, D. N., Ismail, E., & Susilo, J. (2017). Fisik , Organoleptik Dan Kandungan Gizi Makanan Tradisional Nagasari. Teknologi Kesehatan, 13(2), 110–117.