Interfaith Marriage and the Submission of One Spouse: Should District Courts Legalize It?

Authors

  • Maharani Christy Anggraeni Universitas Gadjah Mada Author
  • Destri Budi Nugraheni Universitas Gadjah Mada Author
  • Ja’far Al Dzahaby Islamic University of Madinah Author

DOI:

https://doi.org/10.15294/pandecta.v19i2.2999

Keywords:

Interfaith Marriage, Submission, Authority, District Court Determination

Abstract

This research investigates the legal complexities surrounding interfaith marriages in Indonesia, particularly focusing on the concept of self-submission as outlined in the Supreme Court's fatwa Number 231/PAN/HK.05/1/2019. The study explores the validity of interfaith marriages from the perspective of Islamic, Christian, Catholic, Buddhist, Hindu, and Confucian religious laws. It also examines the role of district court judges in determining the validity of such marriages based on self-submission. The findings reveal significant disparities in legal interpretations, with judges who support the legalization of interfaith marriages considering them valid when conducted according to religious procedures that permit interfaith unions. However, judges opposing such marriages reference the prohibitions inherent in the religious laws of one of the spouses. The novelty of this research lies in its analysis of the intersections between religious law and civil law in determining the validity of interfaith marriages in Indonesia, especially the concept of self-submission. The study underscores the urgency of creating a clear, unified legal framework that addresses interfaith marriages, balancing respect for religious beliefs with the need for legal certainty. Nationally, this research contributes to ongoing debates about religious freedoms, marriage equality, and the role of the judiciary in interpreting religious norms within the broader legal system. Globally, it adds to the discourse on how countries with diverse religious populations navigate the intersection of tradition, modernity, and legal recognition of interfaith unions, offering comparative insights into the challenges faced by similar jurisdictions.

References

Abdurahman, Nurhasan. “Dampak Pra dan Pasca SEMA Nomor 2 Tahun 2023 Terhadap Perkawinan Beda Agama” dalam Seminar Mudzakarah Hukum Nasional dan Hukum Islam Pernikahan Beda Agama dan Implikasinya Pasca SEMA No. 2 Tahun 2023 pada tanggal 13 September 2023.

Dahwal, Sirman. Hukum Perkawinan Beda Agama dalam Teori dan Praktiknya di Indonesia. Bandung: Mandar Maju, 2016.

Dahwal, Sirman. Perbandingan Hukum Perkawinan. Bandung: Mandar Maju, 2017.

Dianti, Novina Eky. “Sinkronisasi Peraturan Perundang-Undangan tentang Pencatatan Perkawinan Beda Agama di Kota Surakarta.” Thesis, Universitas Gadjah Mada, 2016.

Harahap, Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika, 2019.

Jatmiko, Bayu Dwi Widdy, Nur Putri Hidayah, dan Samira Echaib. “Legal Status of Interfaith Marriage in Indonesia and Its Implications for Registration.” Journal of Human Rights, Culture and Legal System 2, no. 3 (November 2022): 167–77. https://doi.org/10.53955/jhcls.v2i3.43.

Kementerian Agama. “Syarat Daftar Nikah Buddha.” Bimbingan Perkawinan Kementerian Agama Republik Indonesia (blog), 2021. https://bimbinganperkawinan.kemenag.go.id/syarat-daftar-nikah-buddha/.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. “Proses Pencatatan Perkawinan dan Penerbutan Akta Perkawinan.” Diakses 25 September 2023. https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/7942973/pemerintah-kab-banjarnegara/proses-pencatatan-perkawinan-dan-penerbitan-akta-perkawinan.

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus Buku II. Jakarta: Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2007.

Maloko, M. Thahir, Sippah Chotban, Muhammad Ikram Nur Fuady, dan Hasdiwanti. “Analyzing the Prohobition of Interfaith Marriage in Indonesia: Legal, Religious, and Human Rights Perspectives.” Cogent Social Sciences, Law, Criminology & Criminal Justice, 10, no. 1 (2024): 1–12. https://doi.org/10.1080/23311886.2024.2308174.

Megawati. “Ketentuan Hukum Positif Indonesia dalam Mengatur Perkawinan Beda Agama dan Akibat Hukumnya.” Journal of Legal Research 4, no. 4 (2021). https://doi.org/10.15408/jlr.v4i4.28234.

Paul VI. GAUDIUM ET SPES:Konstitusi Pastoral tentang Tugas Gereja dalam Dunia Dewasa Ini Dokumen Konsili Vatikan II. Seri Dokumen Gerejawi Nomor 19. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia, 1965.

Penetapan Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby perihal Permohonan Pencatatan Perkawinan Beda Agama tanggal 26 April 2022.

Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 508/Pdt.P/2022/PN.Jak.Sel perihal Permohonan Pencatatan Perkawinan Beda Agama tanggal 8 Agustus 2022.

Penetapan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 54/Pdt.P/2019/PN.Pwt perihal Permohonan Pencatatan Perkawinan Beda Agama tanggal 6 Maret 2019.

Penetapan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor 351/Pdt.P/2022/PN.Sda perihal Permohonan Pencatatan Perkawinan Beda Agama tanggal 21 November 2022.

Prawirohamidjojo, Soetojo. Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press, 1986.

Setiawan, Iwan, Tajul Arifin, Usep Saepullah, dan Abdulah Safei. “Reforming Marriage Law in Indonesia: A Critical Examinatioms of Islamic Law on the Ban of Interfaith Marriages.” Al-Manāhij: Jurnal Kajian Hukum Islam 18, no. 20 (2024): 179–98. https://doi.org/10.24090/mnh.v18i2.11134.

Staatsblad 1898 Nomor 158. Regeling op de Gemengde Huwelijken (GHR) tentang Peraturan dan Yang Disebut Perkawinan Campuran.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2023 tentang Petunjuk Bagi Hakim dalam Mengadili Perkara Permohonan Pencatatan Perkawinan Antar-Umat yang Berbeda Agama dan Kepercayaan.

Surat Panitera Mahkamah Agung Nomor 231/PAN/HK.05/1/2019 tanggal 30 Januari 2019.

Susmayanti, Riana. “Bahan Ajar Perluasan Berlakunya Hukum Perdata,” t.t. http://rianasusmayanti.lecture.ub.ac.id/files/2014/07/PHI-14-PERLUASAN-BERLAKUNYA-KUH-PERDATA.pdf.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Downloads

Published

2024-12-05

Article ID

2999

How to Cite

“Interfaith Marriage and the Submission of One Spouse: Should District Courts Legalize It?”. 2024. Pandecta Research Law Journal 19 (2): 517-46. https://doi.org/10.15294/pandecta.v19i2.2999.

Similar Articles

1-10 of 14

You may also start an advanced similarity search for this article.